"Kriinnggg..." bel alarm berbunyi.
Pukul menunjukkan jam 7 pagi. Matahari sudah bersinar dengan terang.
"Duuh jam berapa sih? Hah? Aku telaaatttt..." teriak seorang gadis cantik dari dalam kamarnya.
Dia langsung beranjak dari tempat tidurnya dan berlari menghampiri pintu kamarnya. Dia melongok ke lantai bawah mencari seseorang.
"Bunda, kok Putri engga dibangunin sih? Telat nih", teriak Putri dari depan kamarnya yang terletak di lantai 2.
"Siapa bilang? Bunda tuh dah ngetok pintu kamar kamu 10x, tapi kamunya engga bangun-bangun juga", jawab bunda.
"Tapi kenapa engga di bangunin sampe bangun?" tanya Putri.
"Makanya kalo tidur tuh jangan sampe larut malam, jadi kamu engga bisa bangun pagi kan? Dah sana cepetan mandi, terus sarapan nanti di tinggal kaka kamu lagi", perintah Bunda.
"Oke bun, aku mandi dulu yaa. Tolong bilangin ka Rama yaa Putri jangan di tinggalin", kata Putri sambil berlalu menuju kamar mandi.
"Dasar anak sekarang", gerutu Bunda sambil geleng-geleng kepala.
"Kenapa sih bun, pagi-pagi kok udah ngedumel?" tanya ayah lalu duduk di meja makan.
"Tu lho yah si Putri, tiap hari kok bangun kesiangan, padahal dia kan cewe masa kalah sama kakanya si Rama", celoteh Bunda.
"Yaudah lah bun, namanya juga anak bungsu, manjanya minta ampun. Nanti kalo udah dewasa dia juga sadar sendiri. Engga usah terlalu di pikirkan lah bun. Mereka kan udah besar", kata Ayah memberi komentar.
"Pagi semua, ehm si Putri mana bun? Kesiangan lagi yaa dia? Pasti gara-gara nonton dvd lagi deh." kata Rama panjang lebar.
"Iyaa ade kamu tuh kalo di bilangin susahnya minta ampun deh, sampe cape bunda ngasitaunya. Kamu kasitau lah ade kamu itu", perintah bunda.
"Iyaa bun, nanti deh. Lama banget sih tuh anak, udah telat juga", gerutu Rama sambil mengoleskan selai cokelat ke selembar roti di depannya.
Beberapa menit kemudian.
"Pagiii, maaf yaa Putri telat", sapa Putri sambil mencomot sehelai roti dengan selai cokelat milik Rama.
"Eh itu punya gw", teriak Rama.
"Bagi apa ka, bikin lagi sana", perintah Putri pada kakanya.
"Enak aja lu nyuruh-nyuruh gw, gw tuh kaka lu", kata Rama dengan kesal.
"Yaelah, lu mah..."
"Udah-udah kalian apa-apaan si, udah gede kok masih berantem. Malu dong sama umur", kata Ayah angkat bicara menghentikan keributin kecil di meja makan.
"Putri, kembalikan roti kaka kamu. Kalo kamu mau makan buat sendiri", lanjut Ayah.
"Iyaa ayah", kata Putri menurut sambil duduk di sebelah kakanya.
"Sarapannya nanti aja, dah telat nih. Yuk berangkat", kata Rama sambil menarik lengan Putri.
"Ayah, Bunda, aku sm Putri jalan dulu yaa. Assalamualaikum", kata Rama sambil berlari menuju mobilnya.
"Waalaikumsalam", jawab Bunda dan Ayah berbarengan sambil menggelengkan kepalanya.
"Ka Rama apa-apaan si, aku laper tau. Nanti kalo aku mati kelaperan gimana, kaka mau tanggung jawab emangnya?" gerutu Putri di dalem mobil dengan kesal.
"Engga usah lebay gitu lah put. Kita udah telat jadi engga usah banyak omong deh", bentak Rama.
"Iih ngeselin banget sih lu jadi orang", kata Putri dengan kesal.
"Bodo", sahut Rama dengan singkat.
Sepanjang perjalanan ke sekolah, Putri hanya bisa diam dan memegangi perutnya yang lapar. Ternyata pagi ini tidak menyenangkan bahkan ngebetein, termasuk cacing-cacing di perut Putri yang tidak bisa diajak kompromi.
"Entar lu pulang sendiri ya", kata Rama memecah keheningan.
"Mau kemana lu?" selidik Putri.
"Gw mau latihan futsal, sama anak-anak. Biasa lah kan ini hari jumat", jelas Rama.
"Ehm yaudah gih sana, ntr aku juga mau nyari dvd dulu kok sama Icha", kata Putri.
"Nonton dvd mulu lu, kaya orang kurang kerjaan tau engga. Karena dvd tuh lu jadi tidur malem trus bangunnya siang mulu. Bunda marah-marah tuh gara-gara kamu bangun kesiangan." celoteh Rama panjang lebar.
"Oh yaa masa? Biarin aah, sirik aja lu", kata Putri dengan kesal.
Sesampainya di sekolah, Putri yang masih kesal dengan Rama langsung lari meninggalkan kakanya di parkiran menuju kelasnya yang berada di lantai 3. Sesampainya di kelas, dia langsung duduk di sebelah Icha, sahabat karibnya. Icha adalah sahabat baik Putri. Mereka bersahabat semenjak bersekolah di SMA Harapan Bangsa. Walau baru sekitar 2 tahun bersahabat, namun mereka bagai pinang di belah kampak, tidak bisa terpisahkan. Banyak kesamaan di antara mereka, salah satunya menonton dvd. Hal itu lah yang membuat mereka jadi lebih dekat dan tidak terpisahkan.
"Telat lagi?" tanya Icha sambil memicingkan alisnya.
"Iyaa nih, abis film yang kemaren kita beli seru banget, jadi gw langsung tonton sampe abis deh", pamer Putri.
"Enaknya, kemaren di rumah gw mati lampu masa jadi gw engga bsa nonton deh", cerita Icha.
"Makanya bayar listrik hahaha", canda Putri.
"Enak aja, emangnya..." Icha menghentikan ucapannya ketika melihat ibu Marta, kepala sekolahnya memasuki kelas.
"Pagi anak-anak", sapa bu Marta.
"Pagi, bu", sahut murid-murid serempak.
"Hari ini, ibu akan mengenalkan kalian dengan seorang murid baru. Dia murid pindahan dari Singapore. Ibu harap kalian bisa berteman baik dengan dia", terang bu Marta.
"Andre, silahkan masuk", perintah bu Marta.
Semua mata di ruangan itu tertuju pada sesosok laki-laki yang muncul dari balik pintu. Tubuhnya yang tinggi besar, kulitnya yang putih, dan matanya yang berwarna cokelat membuat para siswi histeris kecuali Putri. Suasana kelas menjadi gaduh dan ricuh. Semua sedang membicarakan sesosok murid laki-laki di depan kelas itu.
"Tenang semuanya", teriak bu Marta sambil menggetok-getok meja.
"Andre, silahkan perkenalkan dirimu", perintah bu Marta.
"Baik, bu. Hey semua, gw Andre Renaldi. Panggil aja Andre. Gw pindahan dari Singapore. Thanks", kata Andre memperkenalkan diri.
"Nomor telponnya berapa?"
"Pin BBnya berapa?"
"Rumahnya dimana?"
"Dah punya cewe belom?"
Pertanyaan-pertanyaan itu terlontar begitu saja oleh beberapa siswi setelah Andre selesai memperkenalkan dirinya.
"Tenang semuanya, tolong jaga sikap kalian", bentak bu Marta.
"Andre, kamu bisa duduk di bangku kosong sebelah sana", perintah bu Marta sambil menunjuk bangku kosong di sebelah seorang siswa laki-laki yang memiliki tinggi hampir sama dengannya.
"Baik, bu terima kasih", kata Andre.
"Sama-sama. Ibu harap kalian semua bisa menerima Andre dengan baik. Terima kasih, selamat pagi." kata ibu Marta sambil berlalu.
Suasana kelas semakin gaduh. Beberapa siswi mendekati Andre untuk berkenalan, tidak ketinggalan pula si Icha.
"Hey, gw Icha", kata Icha penuh semangat sambil mengulurkan tangannya.
"Andre", jawab Andre singkat tanpa menggamit tangan Icha.
Tiba-tiba bu Susi, guru matematika mereka datang dan membuat suasana tambah gaduh karena para murid berlari-larian menuju bangkunya sebelum kena hukuman dari beliau. Bu Susi memang terkenal sebagai guru yang galak dan sering memberi hukuman. Tak ada satu penghuni pun yang tak mengenalnya bahkan bisa di bilang satu seantero sekolah mengenalnya.
"Keluarkan buku catatan kalian, dan dengarkan materi yang akan ibu sampaikan", perintah bu Susi dengan tegas.
Semua sibuk mempersiapkan buku catatannya, tetapi tidak dengan Putri. Sejak tadi, pandangannya tidak lepas dari sosok Andre. Kedua matanya terus saja memperhatikan sosok tersebut sampai-sampai "buuggg.." sebuah penghapus papan tulis mendarat tepat di dahinya.
"Duuhh, siapa nih yang nimpuk gw? Sakit tau", gerutu Putri dengan tampang polosnya sambil memijat-mijat dahinya yang memerah.
"Huszt", tegor Icha sambil menyenggol lengan Putri memberi isyarat.
"Apaan sih cha? Sakit tau kepala gw", ucap Putri dengan kesal.
"Yang nimpuk bu Susi tau", ucap Icha yang kemudian sontak membuat Putri kaget.
"Putri, apa kamu tidak mendengar perkataan saya tadi? Mana buku catatan yang saya minta?", tanya bu Susi dengan nada tinggi.
"Ma..aa..aff bu..uu, sa..ya ti..da..k dengar", jawab Putri terbata-bata.
"Kamu tuli atau memang sengaja mengacuhkan pelajaran saya?" tanya bu Susi semakin geram karena jawaban Putri yang seakan-akan tidak menganggapnya ada di kelas.
"Maaf bu sebenarnya saya kurang enak badan hari ini", jawab Putri berbohong.
"Kamu yakin? Atau kamu hanya berpura-pura agar tidak kena hukuman dari saya?" tanya bu Susi curiga.
"Engga bu, kepala saya memang sedikit pusing", jawab Putri sekenanya.
"Baik kalo begitu. Icha, tolong antarkan Putri ke UKS dan lekas kembali ke sini", perintah bu Susi.
"Baik, bu. Ayo put gw bantu", kata Icha sambil menuntun Putri ke luar kelas.
"Lu cuma pura-pura sakit kan?" tanya Icha pada Putri saat berjalan di koridor menuju UKS.
"Yaa, you know lah. Dari pada gw kena hukuman bu Susi, dia kan kalo udah ngasih hukuman engga nanggung-nanggung", celoteh Putri.
"Emang tadi lu ngelamunin apa si, kok sampe engga denger kata-kata bu Susi? Cari mati aja deh", ucap Icha.
"Andre", jawab Putri singkat.
"What? Andre? Kok bisa? Padahal kayanya dari awal lu engga ada niat deketin dia. Terus Rio mau dikemanain Tuan Putri?" kata Icha memberi komentar.
"Gw merhatiin dia, bukan karna gw suka ama dia", kata Putri.
"Terus apa dong?" tanya Icha.
"Lu liat sendiri kan gayanya dia. Dari pas pertama kali masuk kelas terus sampe dia duduk di sebelah Rio, cowo gw, tampangnya tu engga ngenakin. Mentang-mentang pindahan dari Singapore, gayanya ngeselin banget", jelas Putri dengan kesal.
"Please deh Put, lu bilang tampangnya engga ngenakin? Dia tu keren, ganteng, imut-imut, pokoknya T.O.P B.G.T deh. Lagian apa urusannya sama lu coba, kalo gayanya kaya gitu. Suka-suka dia dong put", bela Icha.
"Atau jangan-jangan lu engga suka yaa kalo ada yang nandingin pesona Rio di sekolah ini? Ayo ngaku", ledek Icha.
Rio memang bisa dibilang satu-satunya cowo di SMA Harapan Bangsa yang paling keren dan memesona. Tidak ada satu cewe pun yang tidak suka dengannya. Dari teman sekelas, seangkatan, ade kelas, bahkan kaka kelas juga mengidolakannya. Tapi semenjak dia menjadikan Putri sebagai pengisi relung hatinya, banyak siswi-siswi yang kecewa dan patah hati. Putri teringat beberapa bulan yang lalu ketika dia bertemu pertama kali dengan kekasihnya itu.
"Aduuhh siapa nih yang nimpuk? Sakit tau", teriak Putri sambil memegangi kepalanya yang tertimpuk bola basket.
"Duuh sory banget nih gw engga sengaja", tiba-tiba datang seorang laki-laki bertubuh tegap menghampirinya.
"Kalo maen tu di lapangan dong. Jadi kan engga kena orang lain", maki Putri.
"Gw emang maen di lapangan kok tadi", bela laki-laki itu enteng.
"Eh, gw juga tau kali. Tapi lu yang maennya engga bener. Bisa maen basket engga si sebenarnya?" kata Putri dengan kesal.
"Woy Rio, mana bolanya?" tanya seorang laki-laki menghampiri mereka berdua.
"Eh cewe, cantik banget yo", kata laki-laki itu nakal sambil menjawil dagu Putri.
"Iih apa-apaan sih? Engga usah pegang-pegang deh", kata Putri kesal.
"Galak banget sih?" kata laki-laki itu iseng.
"Apa-apaan si lu Boy, jaga sikap lu dong. Engga bisa liat cewe bening dikit deh." kata Rio dengan nada kesal.
"Ups sory mamen hehehe", canda Boy.
"Sekali lagi gw minta maaf ya, ini kartu nama gw. Kalo lu kenapa-kenapa atau butuh sesuatu hubungin gw aja ya." kata Rio kepada Putri sambil mengulurkan kartu nama.
"Emang lu pikir dengan kartu nama lu bisa sembuh nih kepala gw? Mana tanggung jawab lu?" tanya Putri sambil menunjuk bencolan kecil di kepalanya.
"Duuhh sory banget nih,tapi gw mesti balik ke lapangan, teman-teman gw udah nungguin soalnya", kata Rio memohon.
"Terus nasib gw gimana? Lu tega gitu biarin gw disini sendirian. Kalo kepala gw kenapa-kenapa gimana?" tanya Putri kesal.
"Oke gini aja. Sekarang lu gw anter ke UKS, terus setelah gw selesai latihan gw bakal temuin lu lagi di sana, gimana? Please gw mohon yaa, gw udah ditungguin nih soalnya." kata Rio memohon.
"Karena lu tanggung jawab dan kelihatannya sih baik, oke gw setuju", kata Putri.
"Bagus, oke ayo kita ke UKS sekarang. Dan lu boy, balik ke lapangan gih dan jangan pernah gangguin dia lagi", perintah Rio.
"Oke gw nyerah", kata Boy sambil mengangkat kedua tangannya.
"Ternyata dia baik juga", kata Putri dengan suara lirih.
"Lu ngomong apa barusan?" tanya Rio.
"Aah engga kok, perasaan lu aja kali. Gw engga ngomong apa-apa kok", kata Putri menyanggah pertanyaan Rio.
Semenjak saat itu hubungan mereka bertambah dekat. Dan hinggu suatu malam mereka memutuskan untuk berpacaran.
"Woy, ngelamunin apaan sih lu?" kata Icha membangunkan Putri dari lamunannya.
"Aah lu Cha ngagetin aja, gw kan lagi asik ngelamunin Rio, my boyfriend", kata Putri membanggakan kekasihnya.
"Ehm tau deh yang punya pacar, jadi iri hahaha. Udah sampe UKS nih gw balik ke kelas dulu ya, jangan sampe malah gw yang kena hukuman dari bu Susi", kata Icha sambil berlalu.
"Ett dah si Icha engga asik banget masa gw ditinggalin sendirian sih", gerutu Putri kemudian berjalan memasuki ruang UKS.
"Kriinnnggg...", bel tanda istirahat berbunyi.
Semua siswa berhamburan keluar kelas memenuhi koridor dan kantin sekolah. Terlihat sosok laki-laki berlari menuju UKS. Dia berlari semakin cepat, setelah melihat papan nama UKS terlihat.
"Lu engga kenapa-kenapa kan?" tanya laki-laki itu setelah berhasil menapakkan kakinya di depan pintu UKS.
"Lu? Ngapain disini?" tanya Putri heran.
"Gw mau liat kondisi lu aja kok", jawab laki-laki itu enteng sambil mendekat ke ranjang tempat Putri terbaring.
"Lu mau liat kondisi gw? Engga salah denger nih gw?" kata Putri kesal.
"Lu masih ketus aja Put sama gw", kata laki-laki itu memelas.
"Lu udah lupa ama yang lu lakuin ke gw 2 tahun yang lalu?" tanya Putri geram.
"Put, gw mohon..." kata laki-laki itu sambil menggenggam tangan Putri.
"Apa-apaan nih?" tiba-tiba Rio datang dari balik pintu dengan wajahnya yang memerah karena kesal melihat tangan kekasihnya di genggam orang lain.
"Ngapain lu gangguin cewe gw?" tanya Rio dengan tangan mengepal menandakan dia sangat marah saat ini.
"Sory sory, gw cuma mau tau keadaannya dia doang kok", kata laki-laki itu.
"Emang lu siapanya dia? Anak baru aja belagu lu. Engga usah sok perhatian deh sama cewe gw, kenal aja baru tadi", kata Rio dengan marah.
"Eh, lu engga usah..."
"Stop, kalian apa-apaan sih? Gw engga suka yaa liat orang berantem di depan gw. Kalian bisa tenang engga si" kata Putri memotong omongan laki-laki itu.
"Hahaha tenang dong sayang, aku sama Andre cuma bercanda kok, iyaa engga ndre?" ucap Rio meminta persetujuan.
"Iyaa put kita bercanda kok", ucap Andre menyetujui.
"Tadi aku nyuruh Andre ke sini duluan, coz aku ada urusan dadakan", jelas Rio.
"Jadi kalian tadi cuma boongan?" tanya Putri heran.
"Iyaa sayang, masa kita berantem beneran. Baru juga kenal, yaa engga bro?" jawab Rio sambil merangkul bahu Andre.
"Eh gw keluar duluan yaa. Engga enak kan ganggu orang pacaran hehe" ucap Andre sambil nyengir kuda.
"Yaelah selow aja men", balas Rio sambil memukul pelan bahu Andre.
"Oke deh duluan yaa. Cepet sembuh yaa put", ucap Andre lalu pergi meninggalkan Rio dan Putri di ruang UKS berdua.
"Kamu kenapa sih put? Kayanya tadi siang engga apa-apa deh", tanya Rio.
"Sebenarnya engga sakit beneran kok, tadi aku bilang gitu supaya aku engga kena hukuman dari bu Susi hehe", jelas Putri.
"Dasar kamu yaa, iseng banget jadi orang haha", kata Rio sambil membelai mesra rambut Putri.
"Oh yaa tadi aku liatin pas di kelas kamu meratiin Andre terus deh, kenapa emangnya?" tanya Rio heran.
"Ehm masa sih? Kayanya engga deh, kamu salah liat kali", tukas Putri dengan bingung.
"Masa sih aku salah liat, beneran deh aku engga salah liat. Terus kalo gitu kenapa kamu ngelamun sampe-sampe kamu engga denger suara bu Susi?" tanya Rio penasaran.
"Ehm aku lagi engga konsentrasi aja tadi, makanya ngelamun", jawab Putri bohong.
"Ehm gitu, kirain kamu kenapa", kata Rio perhatian.
"Oh yaa, tadi kamu bilang ada urusan mendadak? Urusan apaan sih? Urusan basket lagi? Urusin aja tuh bola basket, engga usah khawatirin aku", celoteh Putri dengan kesal.
"Kok kamu malah ngomong kaya gitu si? Maaf deh tadi aku laper banget makanya aku ke kantin dulu, nih aku juga beliin bubur buat kamu", kata Rio penuh perhatian.
"Kirain ada urusan apa, yaudah suapin yaa", sahut Putri.
"Dasar manja hehehe", canda Rio.
"Put, nanti kamu pulang sama ka Rama aja yaa. Kayanya aku engga bisa nganterin kamu pulang deh", kata Rio sambil menyuapkan sesendok bubur ke mulut Putri.
"Ka Rama kan nanti latihan futsal", jawab Putri.
"Yaudah kamu naek taksi aja ya", kata Rio memberi saran.
"Emang kamu mau kemana si?" tanya Putri.
"Ehm aku udah janji mau nganterin mama check up ke rumah sakit", jelas Rio.
"Oh gitu, yaudah gpp kok nanti aku bisa minta anter Icha", kata Putri.
"Bagus deh kalo gitu, aku ke kelas dulu yaa udah mau masuk nih", kata Rio sambil beranjak dari tempat duduknya.
"Istirahat yaa", kata Rio sambil membelai rambut indah kekasihnya.
"Aku duluan yaa", lanjut Rio.
"Iyaa", jawab Putri sambil tersenyum.
"Kita mau ke toko dvd atau mau makan dulu nih put?" tanya Icha pada Putri sesampainya di pintu Mall Pondok Indah.
"Ehm jalan-jalan dulu deh yuk, boring bgt nih", ajak Putri.
"Oke deh sambil cari sale yaa hehe", kata Icha meminta.
"Dasar tukang shopping", celetuk Putri.
"Putri, ada sale nih", teriak Icha yang berlari ke arah kerumunan di tengah Mall.
"Apa-apaan sih lu cha? Engga usah pake toak apa, gw denger kok", kata Putri sedikit kesal.
"Iyaa iyaa maaf, gw kan terlalu bersemangat put. Kita liat ini bentar yaa", pinta Icha.
"Engga ah, lu kan tau sendiri gw tuh engga suka shopping", kata Putri kesal.
"Tapi put, lagi sale nih 70% lagi. Kan jarang-jarang put, please. Satu kali ini aja deh lu temenin gw. Yayayaya?" mohon Icha.
"Iyaa deh, tapi gw nunggu di cafe sebelah sana yaa", kata Putri sambil menunjuk cafe yang letaknya tak jauh dari tempat sale itu.
"Oke deh nanti gw nyusul ya", kata Icha sambil menerobos kerumunan mengubek-ngubek pakaian yang di sale tersebut."Lama banget sih Icha", kata Putri sambil terus melirik jam tangan yang ada di tangan kirinya.
Sudah sekitar setengah jam Putri menunggu Icha di cafe tersebut. Dia sudah menghabiskan satu porsi spaghetti dan satu gelas orange juice. Tampaknya dia sudah jenuh dan bosan menunggu Icha, sahabatnya.
"Gw tinggal ju..."
Putri menghentikan ucapannya ketika melihat sesosok laki-laki yang di kenalnya memasuki cafe tempat dia menunggu. Sesosok laki-laki itu bergandengan tangan dengan wanita cantik berambut panjang terurai. Mengenakan gaun berwarna hijau muda yang indah.
"Rio?" kata Putri pada dirinya sendiri, setelah yakin laki-laki itu adalah Rio, kekasihnya.
"Bukannya tadi dia bilang mau nganter nyokapnya ke rumah sakit?" lanjut Putri.
"Ngapain lu put, ngomong sendirian?" tanya Icha mengagetkan.
"Pulang yuk cha, tiba-tiba gw engga mood", kata Putri sambil menarik lengan Icha.
"Put, pelan-pelan dong. Sakit tauuu", protes Icha.
Mereka tidak menyadari, sesosok laki-laki yang tak lain adalah Rio dan teman perempuannya itu sedang memerhatikan tingkah mereka.
"Putri", seru Rio dengan lirih.
"Ngapain dia di sini?" lanjut Rio.
"Siapa yo?" tanya wanita di sebelahnya.
"Bukan siapa-siapa kok. Aku kira tadi temen aku, ternyata salah orang", jawab Rio.
"Itu Putri kan, gw engga salah liat. Kok dia bisa ada di sini sih?" tanya Rio pada dirinya sendiri di dalam hati.
"Eh kamu kok malah bengong sih?" ucap perempuan itu.
"Eh engga kok", ucap Rio.
"Yo, abis nih temenin aku shopping yaa", ajak perempuan itu.
"Terserah kamu deh, aku ikut aja", jawab Rio enteng.
"Makasih yaa", sahut perempuan itu sambil menggamit lengan Rio.
"Iyaa sama-sama", balas Rio sambil menyunggingkan senyum manisnya.
0 comments:
Posting Komentar