"Lu ngapain si put, narik-narik tangan gw kaya gitu. Sakit tau", gerutu Icha saat perjalanan pulang di dalam taksi.
"Gw..gw.." kata Putri ingin menjelaskan, namun butiran air keluar dari kelopaknya dan tumpah membasahi pipinya yang mulus.
"Put, lu kenapa? Kok nangis? Lu sakit beneran yaa? Tuh kan, lu si tadi pake pura-pura sakit segala. Jangan nangis dong put. Duuh gimana nih, gw jadi bingung", kata Icha bingung.
"Cha, gw.."
Belum sempat melanjutkan kata-katanya, butiran air kembali jatuh dan kali ini semakin deras. Dia tidak bisa lagi menahan kesedihan hatinya saat ini. Putri hanya bisa menangis dan menunduk terdiam.
"Ya ampun put, lu kenapa sih? Jangan buat gw khawatir kaya gini dong", tanya Icha penuh perhatian.
"Gw, ma..mau pu..pu..lang a..ja cha", kata Putri tersendat-sendat.
"Iyaa kita mau pulang kok, tapi lu kenapa? Cerita dong", bujuk Icha.
"Gw, gw be..belum bi..sa ce..ce..ri..ta", kata Putri sambil terus meneteskan air matanya.
"Yaudah kalo belum siap cerita engga apa-apa kok, tapi kalo lu dah tenang cerita yaa", pinta Icha.
Putri hanya bisa menganggukkan kepala. Saat ini bibirnya benar-benar kaku dan tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun. Putri menyandarkan kepalanya ke bahu Icha. Kini dia benar-benar butuh waktu untuk sendiri. Rasa sakit hatinya benar-benar menusuk dan menyakitkan. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi setelah ini.
"Kamu kenapa put?" tanya bunda yang melihat muka Putri di tekuk saat makan malam.
"Engga apa-apa bun", jawab Putri sambil menggelengkan kepalanya.
"Di putusin ma Rio ya lu? Makanya jadi cewe jangan ngeselin hahaha", ledek Rama.
Dengan cepat Putri membanting sendok dan garpu di tangannya ke piring yang ada di depannya. Setetes air mata kembali menetes di pipinya. Perkataan Rama barusan mengingatkan dia dengan kejadian yang menyakitkan tadi sore. Semua mata kini tertuju padanya. Mereka heran melihat tingkah Putri seperti itu. Putri segera beranjak dari tempat duduknya dan berlari menuju kamarnya. Dia membanting pintu sekuat tenaga dan menguncinya. Suasana di meja makan kini hening, mereka saling pandang kebingungan.
"Rama salah ngomong ya bun?" tanya Rama merasa bersalah.
"Bunda juga engga tau, tadi pas pulang sekolah dia juga langsung masuk kamar. Bunda tanya dia malah diem aja. Mukanya di tekuk terus dari tadi sore", jelas bunda.
"Coba tanya baik-baik bun? Mungkin dia ada masalah. Mungkin kalo bunda yang ngajak bicara, dia mau terbuka", kata ayah penuh perhatian.
"Yaudah bunda coba yaa", kata bunda sambil beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju kamar anak kesayangannya.
"Sayang, bunda boleh masuk engga?" kata bunda dengan nada lirih sambil mengetuk pintu.
Tidak ada jawaban, yang terdengar hanya isakan tangis dari dalam kamar.
"Sayang", bunda terus membujuk anak perempuan kesayangannya itu.
Tiba-tiba suara kunci terdengar dan pintu terbuka. Tidak sepatah kata pun yang keluar dari mulut Putri. Setelah membuka pintu, dia lari ke kasurnya dan terlungkup sambil kembali menangis.
"Bunda masuk yaa", pinta Bunda pada Putri.Tetap tidak ada jawaban. Putri hanya terdiam dan terus menangis.
"Sayang, kamu kenapa sih?" tanya bunda pada Putri sambil membelai rambut anaknya itu.
Putri hanya menggeleng. Rasanya susah sekali untuk membuka mulutnya karena rasa sakit itu.
"Kalo kamu belom mau cerita, engga apa-apa kok. Tapi bunda pasti siap dengerin cerita kamu kok sayang. Kalo gitu bunda ke bawah dulu yaa. Udah di tungguin ayah sama ka Rama", kata bunda sambil beranjak dari tempat duduknya.
"Bunda.." kata Putri tiba-tiba.
"Iya sayang, kamu butuh apa? Makanan kamu mau di bawa ke sini?" tanya bunda penuh perhatian.
Putri hanya menggeleng.
"Yaudah nanti kalo perlu apa-apa, panggil bunda aja yaa. Bunda ke bawah dulu", kata bunda sambil mencium kening anaknya.
"Putri kenapa bun?" tanya Rama penuh perhatian.
"Engga apa-apa kok", kata bunda.
"Terus kenapa tadi dia nangis? Dia sakit bun?" tanya ayah perhatian.
"Putri engga kenapa-kenapa, dia cuma butuh waktu untuk sendiri aja", jelas bunda.Rama beranjak dari tempat duduknya dan hendak menemui Putri.
"Kamu mau kemana ram?" tanya bunda.
"Mau ke kamar Putri bun", jawab Rama.
"Jangan dulu, mendingan sekarang kamu abisin makanan kamu terus tidur. Dia butuh waktu untuk sendiri, jangan ganggu adik kamu dulu yaa", kata bunda menjelaskan.
"Iyaa bun", sahut Rama menurut.
Setelah selesai makan malam, Rama pergi ke kamarnya. Sebelumnya dia mengintip kamar adiknya yang jaraknya tidak jauh dari kamarnya. Dia melihat adiknya yang sudah tertidur pulas. Perlahan-lahan dia membuka pintu kamar adiknya dan kemudian duduk di samping ranjang adiknya. Dia membelai rambut adiknya penuh kasih sayang lalu mengecup kening adiknya. Ketika hendak meninggalkan kamar adiknya, dia mendengar adiknya mengigau dan berkata "Gw benci sama lu yo, lu jahat sama gw". Sepontan Rama pun geram. Dia tidak suka ada yang menyakiti adiknya, siapa pun itu. Dia berjanji pada dirinya sendiri akan menjaga Putri sebaik mungkin lebih dari ini.
"Yo, liat Putri engga?" tanya Icha pada Rio ketika memasuki kelas.
"Engga", jawab Rio singkat.
"Lu kan cowonya masa engga tau sih?" tanya Icha heran.
"Tapi kan gw bukan baby shitternya", sahut Rio.
"Aneh banget si lu yo", kata Icha sambil berlalu meninggalkan kelas.
"Icha.."
"Andre?" kata Icha ketika melihat yang memanggilnya adalah Andre.
"Lu manggil gw ndre?" tanya Icha.
"Menurut lho? Emang ada berapa Icha di sekolah ini sih?" tanya Andre ketus.
"Yaelah jangan galak-galak apa ndre sama gw", protes Icha.
"Gw mau nanya, emang si Putri kemana?"
"Ngapain lu nanyain Putri?" tanya Icha heran.
"Emangnya engga boleh gitu?" tanya Andre balik.
"Iyaa boleh sih, tapi aneh aja", balas Icha.
"Putri kan pacar sahabat gw, lagi pula gw kan temen SMPnya dulu. Masa lu sahabatnya engga tau sih?" ucap Andre.
"Sumpeh lu? Engga boong?" tanya Icha.
"Ngapain gw boong ama lu? Emang ada untungnya?" celoteh Andre.
"Kok dia engga pernah cerita tentang lu yaa?" tanya Icha heran.
"Mungkin dia belom sempet kali" tebak Andre.
"Oh yaa emang Putri kemana sih?" tanya Andre lagi.
"Lu kan tadi tau gw nanya sama Rio, berarti gw juga engga tau Putri ada dimana, gimana sih?" jelas Icha.
"Iya juga si hehe", sahut Andre.
"Perhatian amat sama Putri, si Rio aja cuek banget kayanya tadi", kata Icha.
"Sebagai teman lama gpp dong gw pengen tau dia kenapa, gw pengen lah temenan lagi sama dia kaya dulu", terang Andre.
"Ehm bagus-bagus, yaudah gw mau ke perpustakaan dulu yaa. Daachhh", kata Icha sambil berlalu menghilang di belokan koridor.
*rumah*
"Put, kamu engga makan?" tanya bunda sambil mengetuk pintu kamar anaknya.
"Engga laper bun", jawab Putri singkat.
Rasa sakit yang Putri rasakan kini semakin menjadi. Semenjak kemaren malem satu sms pun tidak dikirimkan oleh Rio. Putri tidak tau kenapa hari ini dia begitu cuek. Tidak seperti biasanya. Dan Putri tidak menyangka Rio telah membohonginya. Putri kembali teringat kejadian waktu di mall itu. Kejadian yang menurut Putri sangat menyakitkan hatinya. Dibohongi sekaligus disakiti oleh orang yang sangat dicintainya. Tidak pernah dia berpikir akan dikecewakan seperti ini. Tapi semua sudah terjadi dan Putri tidak sanggup lagi meminta penjelasan dari Rio. Sebutir air mata pun menetes lagi dan membasahi pipinya. Sepertinya cuaca memang sedang berpihak padanya. Hujan deras dan petir menyambar-nyambar tiba-tiba. Mereka seakan-akan ikut merasakan kesedihan Putri. Dia menangis sampe sesenggukan dan tidur terlelap.
*sekolah*
"Yo, tunggu", seru Icha saat sampai di gerbang sekolah setelah bel sekolah berbunyi.
Dia hendak mengajak Rio untuk menjenguk Putri. Sepertinya Putri sedang sakit makanya dia tidak masuk hari ini, pikir Icha. Tapi dia terlambat. Rio sudah memacu motornya dengan kecepatan tinggi. Sampai-sampai Icha pun tak sanggup mengejarnya.
"Yah Rio, cepet banget si kaburnya", seru Icha.
"Mungkin dia mau ke rumah Putri kali ya, kan dia cowonya mungkin dia lebih khawatir sama si Putri makanya dia langsung ngibrit. Yaudah lah gw nyusul ke sana aja", pikir Icha.
"Woy, ngapain lu ngelamun disitu? Dah kaya penjaga pintu gerbang aja, ngomong sendiri lagi. Nanti kalo ada petugas Rumah Sakit Jiwa di tangkep lho hahaha", ledek Andre.
"Eh sial lu, kayanya hobi lu tuh ngatain orang yaa. Engga ada puas-puasnya lu ngatain gw", balas Icha kesal.
"Hahaha bercanda gw cha. Engga usah di masukin perut lah. Kenyang lu nanti", candra Andre.
"Tau lah up to you aja. Nanti kalo gw nanggepin lu ikutan stres gw hahaha", balas Icha dengan bangga.
"Sial. Eh lu mau pulang? Mau bareng engga?" tawar Andre.
"Engga deh makasih, gw mau ke rumah Putri dulu. Seharian ini engga ngasih kabar dianya. Gw takut dia kenapa-kenapa", jelas Icha.
"Gw ikut dong, please cha, ya cha, boleh yaa. Gw kan juga mau tau keadaan dia." kata Andre memohon.
"Ehm iyaa deh boleh, ayoo jalan", kata Icha sambil duduk di motor Andre.
"Assalamualaikum.."
"Waalaikumsalam", jawab bunda.
"Eh Icha, apa kabar?" tanya bunda sambil mencium pipi kanan dan kiri Icha.
"Baik kok bunda, oh yaa kenalin ini Andre. Ndre, kenalin ini bundanya Putri, tante Sinta", kata Icha memperkenalkan.
"Sore tante, saya Andre temennya Icha, temen Putri juga", jelas Andre.
"Oh bunda kira kamu pacarnya Icha", ucap bunda iseng.
"Iih bunda nih iseng deh", balas Icha sambil tersipu.
"Ayoo masuk, silahkan duduk", ajak bunda sambil mempersilahkan Icha dan Andre duduk di ruang tamu.
"Putri ada di kamarnya. Tunggu ya bunda panggilin dulu", kata Bunda.
"Terima kasih bun", jawab Andre dan Icha serempak.
"Sayang, ada Icha tuh di bawah", kata bunda membujuk Putri untuk keluar.
"Suruh pulang aja deh bun, Putri lagi males ketemu", jawab Putri ketus.
"Engga boleh gitu dong say, kan dia jauh-jauh ke sini nyempetin waktunya buat jenguk kamu. Masa kamunya engga mau nemuin dia si? Ayo dong sayang", bujuk bunda.
"Iyaa deh aku turun, tapi suruh tunggu bentar ya. Bunda temenin dulu", pinta Putri.
"Iyaa sayang, bunda tunggu di bawah yaa", kata bunda.
"Sory la..." ucapan Putri terhenti ketika melihat sosok Andre yang duduk di sebelah Icha.
"Eh put, sini dong. Ngapain bengong di situ? Nanti kesambet setan bloon lu hahaha", canda Icha yang di sahut ketawa Bunda dan Andre.
Dengan langkah ragu, Putri berjalan ke arah Icha dan Andre yang sedang duduk di ruang tamu di temani bundanya.
"Bunda, pergi dulu yaa. Kalo laper makan aja, ada makanan di meja makan tuh. Jangan sungkan-sungkan yaa. Icha, Andre, bunda pergi dulu ya", pamit bunda.
"Sip bunda, makasih yaa", kata Icha.
"Makasih tante", kata Andre.
"Bunda mau kemana emangnya?" tanya Putri.
"Mau ke rumah eyang sayang, mau nganterin makanan. Engga lama kok, bunda pergi dulu ya", kata bunda sambil berlalu ke luar rumah.
"Kita ke taman belakang aja yuk", ajak Putri.
Icha dan Andre bergegas mengikuti Putri dari belakang. Dalam hati Putri, dia bertanya-tanya apa yang sedang Andre lakukan di rumahnya. Kenapa dia masih saja mengganggunya. Dia benar-benar tidak mengerti perasaan Putri.
"Duduk deh", kata Putri mempersilahkan Icha dan Andre duduk di bangku taman yang terletak di belakang rumahnya.
"Tambah sejuk aja deh put disini. Dah berapa lama ya gw engga ke sini?" tanya Icha pada Putri.
Putri hanya terdiam, tidak menjawab pertanyaan Icha. Dia saling pandang dengan Andre. Icha yang menyasikkan itu hanya bisa terbengong-bengong. Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi pada teman-temannya. Yang dia tahu, sepertinya mereka menyembunyikan sesuatu.
"Woy, ngapain sih kalian berdua?" tegur Icha memecahkan suasana.
"Ngapain sih lu cha ngagetin aja", kata Andre kaget.
"Oh yaa put, ternyata Andre temen SMP lu ya? Kok lu engga cerita sih? Berarti kalian kenal deket dong?" tanya Icha.
"Engga kok biasa aja", jawab Putri ketus.
"Masa sih? Tapi kok gw ngerasa ada yang kalian sembunyiin dari gw yaa?", selidik Icha.
"Huk uhuk uhuk..."
Mendengar perkataan Icha barusan membuat Putri yang sedang menikmati orange juicenya tersedak dan batuk-batuk.
"Lu engga apa-apa kan Put?" tanya Andre khawatir.
"Engga apa-apa kok, uhuk uhuk", jawab Putri sambil terbatuk-batuk.
"Jadi engga ada yang harus diceritain ke gw nih?" tanya Icha.
"Belum waktunya lu tau cha", kata Putri.
"Tuh kan bener ada something di antara kalian. Please tell me now. Gw penasaran tau", bujuk Icha penasaran.
"Gw blm siap cerita. Lagian engga penting kok cha", kata Putri tegas.
"Jadi lu nganggep hal itu engga penting put?" tanya Andre kecewa.
"Ada apaan sih ini, jadi bingung gwnya", ucap Icha bingung.
"Engga tau deh gw capek mau istirahat. Mending kalian pulang aja deh, besok gw dah masuk kok", lanjut Putri.
"Ngusir nih?" ledek Icha.
"Sory deh engga bermaksud", kata Putri lalu berlalu ke kamarnya.
"Aneh deh si Putri, kenapa sih emangnya?" tanya Icha.
"Pulang aja yuk", ajak Andre.
"Heh, yaudah deh yuk", sahut Icha.
Sebenarnya Putri tidak ingin mengingat-ingat kejadian waktu SMP dulu. Kejadian dimana pertama kali dia merasakan pengkhianatan dari seorang laki-laki yang dicintainya. Tetapi dia telah membuat Putri mengingatnya lagi-lagi.
"Sayang, Icha sama Andre mana?" tanya bunda memecahkan lamunan Putri yang sedang melamun di balkon rumahnya.
"Eh bunda, udah pulang? Mereka baru aja pulang bun", jawab Putri.
"Kok sebentar banget?" tanya bunda.
"Iya katanya takut kesorean", jawab Putri bohong.
"Oh gitu. Oh yaa kayanya bunda pernah ngeliat Andre deh, tapi dimana yaa?" kata bunda sambil mengingat-ingat.
"Masa sih bun, engga ah. Orang dia murid baru di kelas pindahan dari Singapore", jawab Putri meyakinkan.
"Aah mungkin hanya perasaan bunda saja kali. Yaudah bunda ke bawah yaa. Oh yaa, kamu mau makan engga? Mau bunda siapin?" tanya bunda.
"Engga usah bun, entar kalo laper aku ambil sendiri kok", jawab Putri.
"Oke deh, istirahat ya", perintah bunda.
"Woy put, akhirnya masuk juga lu", sapa Icha mengagetkan Putri keesokan harinya.
"Icha, engga usah ngagetin bisa engga?" protes Putri yang kaget oleh sapaan Icha.
"Maaf deh put, abis lu bengong mulu si. Dari pada makan hati mendingan lu cerita deh sama gw" saran Icha membujuk.
"Gw lagi engga mood cerita, gw ke kantin yaa", kata Putri lalu berlari ke kantin sekolah.
"Eh put..."
Belum sempat mengejar Putri, tiba-tiba Rio datang menahan Icha.
"Aah lu yo, gw kan mau ngejar Putri. Kenapa si?" tanya Icha.
"Ada yang mau gw omongin ke lu", kata Rio.
"Apaan? Yaudah ngomong aja cepetan" ucap Icha kesal.
"Engga disini. Ikut gw sekarang", perintah Rio sambil menarik lengan Icha.
"Duh Rio, hobi lu sama Putri itu sama ya? Suka narik-narik lengan orang, sakit tau, huh", celoteh Icha dengan kesal.
"Bawel banget deh lu, engga usah banyak omong deh", sahut Rio dengan tegas.
"Gw mau minta tolong sama lu nih", lanjut Rio.
"Minta tolong apa sih yo? Mau ngasih surprise ke Putri? Atau mau ngasih something ke dia? Biasanya langsung lu kasih ke orangnya", berondong Icha.
"Bukan cha", sahut Rio.
"Terus apaan dong yo?" tanya Icha lagi.
"Ehm gw..gw mau minta tolong..."
"Kriiinngggg..." bel tanda masuk kelas berbunyi.
"Eh udah masuk, duluan deh yaa", kata Rio kemudian berlalu.
"Eh yo. Iih aneh banget tu orang. Whatever lah", kata Icha sambil berjalan menuju kelasnya.
Sesampainya di kelas, Icha langsung menceritakan mengenai hal tadi. Berhubung hari ini guru Fisika mereka berhalangan hadir karena sedang sakit, maka Icha bisa leluasa bercerita.
"Terus?" tanya Putri saat Icha memulai ceritanya.
"Kok cuma terus doang si put? Lu engga nanya gitu, si Rio mau ngomong apa tadi? Lu engga penasaran gitu?" tanya Icha heran.
"Engga tuh, gw ke toilet dulu ya", ucap Putri kemudian beranjak dari tempat duduknya.
"Put, iih kenapa si dia? Kok jadi tertutup gini sekarang?" gerutu Icha keheranan.
"Eh sory, gw engga sengaja", ucap seseorang yang tidak sengaja menabrak Putri di toilet.
"Iyaa engga apa-apa kok, eh kamu..." ucap Putri sambil mengingat-ingat sesuatu.
"Iyaa, aku kenapa?" tanya seseorang itu heran.
"Kayanya aku pernah liat kamu deh sebelumnya. Kayanya aku belum pernah liat kamu deh sebelumnya, kamu anak baru ya?" tanya Putri.
"Ehm iyaa aku anak baru, aku pindahan dari Bandung. Aku Reiska", jelas seseorang itu sambil mengulurkan tangannya.
"Aku Putri, salam kenal yaa", ucap Putri sambil menggamit tangan Reiska.
"Yaudah, aku duluan ya", kata Reiska pada Putri.
"Oke see you", balas Putri.
"Reiska. Murid baru pindahan dari Bandung. Ehm kayanya pernah liat deh, dimana yaa?" tanya Putri pada dirinya sendiri.
Beberapa siswi yang ingin ke toilet memperhatikan tingkah Putri yang berbicara sendirian. Mereka menganggap Putri sedikit kurang waras karena hal itu. Karena merasa kurang nyaman, Putri langsung berlari kembali ke kelasnya.
"Eh cha, tadi gw ketemu anak baru lho di toilet namanya Reiska", cerita Putri pada Icha.
"Huk..uhuk..uhuk.."
"Lu kenapa yo? Makanya kalo minum bagi-bagi hahaha", canda Andre.
"Sialan lu", balas Rio sambil menjitak Andre.
"Kenapa tuh si Rio kok sampe keselek gitu pas lu cerita ketemu si Reiska?" tanya Icha.
"Mana gw tau", jawab Putri ketus.
Tiba-tiba bu Marta masuk kelas bersama seorang murid baru yang Putri temui di toilet tadi.
"Ayo Reiska, perkenalkan diri kamu", perintah bu Marta.
"Baik bu. Hey, kenalin gw Reiska Ayu Putri. Biasanya gw di panggil Reiska. Gw pindahan dari Bandung. Alesan gw pindah ke sini salah satunya karena Rio", jelas Reiska memperkenalkan diri sambil melirik ke arah Rio.
Sontak satu kelas pun kaget mendengar pernyataan Reiska, terutama Putri. Satu kelas tau bahwa Putri dan Rio berpacaran, tetapi sekarang ada murid baru yang pindah dari Bandung mengaku pindah ke sini karena Rio. Mungkin semua murid di kelas itu mempunyai pikiran yang sama. Mereka bingung dengan apa yang terjadi saat ini.
"Oke Reiska, kamu duduk di sebelah sana", ucap bu Marta sambil menunjuk bangku di depan Rio.
"Baik bu, terimakasih", kata Reiska.
"Oke anak-anak, selamat belajar", ucap bu Marta lalu berlalu.
"Put, lu engga apa-apa kan?" tanya Icha sambil menyenggol lengan Putri.
"Emang lu kira gw kenapa?" tanya Putri balik.
"Lu engga cemburu gitu put?" tanya Icha lagi.
"Engga, perasaan gw udah mati", jawab Putri dengan lantang.
Beberapa murid yang mendengarnya langsung menoleh dan memperhatikan Putri termasuk Rio, Andre, dan Reiska.
"Ngomongnya engga usah gede-gede apa", balas Icha setengah berbisik.
"Gw engga peduli", jawab Putri kesal.
"Gw mau pulang", lanjut Putri sambil bergegas ke luar kelas.
"Put, tunggu", ucap Icha sambil mengejar Putri.
Semua mata tertuju pada Putri dan Icha yang berlari-lari di koridor sekolah padahal masih jam pelajaran.
"Putri.."
Seseorang memanggil Putri yang sedang berlari-lari di koridor sekolah dan berhasil membuat Putri menghentikan langkahnya dan berbalik. Rio, ya ternyata Rio yang memanggilnya. Tetesan air mata kembali menetes di pipinya. Putri sudah tidak sanggup menahan kesedihannya. Kemudian Rio menghampiri Putri dan menatapnya.
"Kok kamu nangis?" tanya Rio pada Putri dan berusaha menghapus air matanya.
"Bukan urusan kamu", jawab Putri sambil melepaskan tangan Rio dari pipinya.
"Kamu kenapa sih?" tanya Rio heran.
"Kamu tanya aku kenapa? Engga salah? Kamu emang engga punya perasaan yaa?" tukas Putri sambil menangis.
"Aku benci sama kamu", teriak Putri lalu pergi meninggalkan Rio yang berdiri terpaku keheranan.
Rahasia Cinta #Part 2
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Free Music at divine-music.info
0 comments:
Posting Komentar