2
“Permisi, bolehkah
saya masuk Raja?” tanya pengawal itu hati-hati.
“Silahkan.
Kabar apa yang kamu bawa?” tanya Raja Abdullah penasaran.
“Saya dan
anak buah saya telah mengumumkan berita hilangnya Tuan Putri Lestari ke seluruh
pelosok desa. Kita hanya tinggal menunggu kabarnya saja Raja.” jawab pengawal
itu.
“Bagus. Tapi
saya ingin kalian tidak hanya menunggu kabar dari rakyat, kalian juga harus berusaha
mencari Tuan Putri Lestari sampai ketemu.” pinta Raja Abdullah tegas.
“Baik Raja,
saya sendiri yang akan memimpin anak buah saya untuk mencari Tuan Putri
Lestari.” jawab pengawal itu sambil berlalu meninggalkan ruangan.
“Bagus.”
ucap Raja senang.
“Kalau
begitu saya permisi dahulu Raja.”
“Silahkan.”
“Sudahlah
sayang, kamu jangan terlalu mengkhawatirkan keadaan Lestari. Saya yakin dia
akan baik-baik saja.” ucap Ratu Elisa.
“Dia itu
anak saya, bagaimana saya tidak khawatir dengan keadaannya. Saya lihat kamu
sama sekali tidak mengkhawatirkan keadaannya. Apakah kamu yang menyebabkan
Lestari hilang?” tanya Raja Abdullah curiga.
“Mengapa
kamu berbicara seperti itu pada saya? Kamu curiga pada saya? Saya memang bukan
ibu kandungnya, tapi saya sudah menganggap dia sebagai anak kandung saya
sendiri. Saya menyayanginya, sangat menyayanginya bahkan melebihi rasa sayang
saya pada diri saya sendiri.” ucap Ratu berbohong.
“Bukan itu
maksud saya. Maafkan saya, saya hanya sedang bingung memikirkan keadaan
Lestari.” balas Raja Abdullah.
“Sudahlah,
sepertinya kamu butuh istirahat.” ucap Ratu Elisa.
“Baiklah,
saya akan beristirahat dahulu.” ucap Raja Abdullah sambil berlalu menuju
kamarnya.
“Dasar
bodoh. Bapak dan anaknya sama saja.” umpat Ratu Elisa sambil tersenyum sinis.
“Ayu, dimana
kamu? Mbok sudah pulang nih. Mbok membawakan makan siang untukmu.” teriak mbok
Minah sambil mencari keberadaan Ayu, perempuan cantik yang dia temukan di tepi
sungai kemarin siang sepulang mencari kayu bakar.
“Dimana dia?
Kenapa dia tidak ada di tempat tidurnya?” tanya mbok Minah pada dirinya
sendiri. Mbok Minah sangat khawatir dengan keadaan Ayu. Dia berusaha mencari
keberadaan Ayu. Dia mencari ke halaman belakang rumahnya sambil terus
berteriak-teriak memanggil Ayu.
“Ayuuu...
ayuuu... Kamu dimana Nak?” teriak mbok Minah khawatir.
“Mbok Minah
mencari siapa?” tanya seorang wanita muda yang sedang menidurkan anaknya.
“Saya
mencari Ayu, perempuan yang saya temukan di pinggir saya kemarin yang sekarang tinggal
di rumah saya.” jawab mbok Minah gugup.
“Tadi dia
bilang ingin jalan-jalan cari udara segar, lalu dia perg ke arah sungai mbok.”
balas wanita itu sambil menunjuk ke arah sungai.
“Terimakasih
iya, saya akan menyusul dia ke sana.” lanjut mbok Minah.
“Hati-hati
mbok.”
“Saya harus
mengingat sesuatu. Pasti ada hubungannya antara saya, sungai ini, dan mimpi
itu. Ayo kamu pasti bisa. Kenapa saya masih belum bisa mengingat apapun?” tanya
Ayu pada dirinya sendiri.
“Ayu, sedang
apa kamu disini Nak? Kondisi kamu belum pulih benar. Ayo kita pulang, kamu
masih butuh banyak istirahat.” ucap mbok Minah membuyarkan lamunan Ayu.
“Mbok? Kok
mbok ada disini?” tanya Ayu bingung.
“Mbok tadi
mencari kamu di rumah, tapi kamunya tidak ada, lalu mbok diberitahu tetangga
mbok kalau kamu pergi ke sungai, akhirnya mbok ke sini untuk menyusul kamu. Apa
yang kamu inginkan di sini?” tanya mbok Minah.
“Saya sedang
berusaha mengingat sesuatu mbok.” jawab Ayu lesu.
“Saya ingin
segera memulihkan ingatan saya. Saya yakin mimpi saya semalam itu ada
hubungannya dengan saya dan tentunya sungai ini dimana mbok menemukan saya.”
jawab Ayu lagi.
“Apa yang
kamu lakukan? Luka di tubuh kamu saja belum benar-benar sembuh. Sekarang kamu
malah ingin menyiksanya lagi. Jangan paksa ingatanmu mengingat semuanya.
Perlahan kamu juga akan mengingat semuanya. Hanya tinggal tunggu waktu saja
Nak.” ucap mbok Minah meyakinkan.
“Tapi
mbok...” ucap Ayu menggantung.
“Tidak ada
tapi-tapian, sekarang kamu ikut mbok pulang. Mbok tidak ingin melihat kamu
kenapa-kenapa.” ucap mbok Minah tegas.
“Baik mbok.”
ucap Ayu menurut.
3
Berhari-hari,
berjam-jam, berminggu-minggu, dan berbulan-bulan lamanya Ayu tinggal di rumah
mbok Minah. Hari ini tepat satu tahun Ayu ditemukan oleh mbok Minah di sungai. Namun,
sampai hari ini pun Ayu belum bisa mengingat apapun. Dia sangat kesal dan benci
pada dirinya sendiri akan hal itu.
“Mbok,
bolehkah saya pergi ke sungai?” tanya Ayu pada mbok Minah.
“Untuk apa
kamu ke sana Nak” tanya mbok Minah.
“Saya ingin
mencoba mengingat semuanya lagi mbok. Saya sudah lelah dengan keadaan seperti
ini. Setiap hari saya selalu bermimpi yang sama dan saya yakin mimpi itu adalah
pertanda bahwa saya harus segera mengetahui siapa diri saya sebenarnya.” ucap
Ayu sedih.
“Baiklah
jika itu kemauanmu, hanya satu pesan mbok kamu harus berhati-hati.” pinta mbok
Minah.
“Baik mbok,
saya akan berhati-hati.” jawab Ayu sambil berlalu pergi.
“Kamu pasti
bisa. Kamu harus mencoba mengingat siapa kamu sebenarnya. Paling tidak kamu
bisa mengingat siapa nama kamu yang sebenarnya. Berusahalah, kamu pasti bisa.”
ucap Ayu menyemangati dirinya sendiri.
“Ehem...”
“Si... a...
pa... ka... mu....???” tanya Ayu gugup.
“Tenanglah,
saya bukan orang jahat. Saya hanya kebetulan lewat dan melihat kamu sendirian
di sini. Sedang apa kamu di sini? Apakah kamu sedang menunggu seseorang?” tanya
seorang pemuda berparas tampan.
“Ti...
dak... saya hanya ingin mencari udara segar.” jawab Ayu berbohong.
“Kalau
begitu, bolehkah saya menemanimu disini?” tanya lelaki itu hati-hati.
“Untuk apa?
Saya bisa sendiri.” jawab Ayu takut.
“Tidak usah
takut, siapa namamu?” tanya lelaki itu.
“Nama saya
Ayu.”
“Nama yang
bagus. Panggil saja saya Ali.” jawab Ali.
“Baiklah
Ali. Apa tujuan kamu kesini?” tanya Ayu ingin tahu.
“Saya ingin
mengembara mencari keluarga saya.” jawab Ali lemas.
“Keluarga?
Kenapa kamu akan mencarinya?” tanya Ayu penasaran.
“Ceritanya
panjang.” jawab Ali sedih. Matanya mulai berkaca-kaca. Dia tidak tahu kemana
dia harus mencari. Sedari kecil dia asuh oleh keluarga angkatnya. Entah anak
siapa dia sebenarnya, dia pun tak tahu.
“Maafkan saya,
saya tidak bermaksud membuatmu sedih. Saya memang lancang telah mencampuri
urusanmu.” ucap Ayu merasa bersalah.
“Sudahlah
tidak apa-apa. Jangan diingat-ingat lagi. Saya pun tidak ingin mengingatnya.”
ucap Ali berusaha tegar.
“Hari sudah
hampir sore, sepertinya saya harus pulang. Saya takut mbok Minah mencari saya.”
ucap Ayu pada Ali.
“Mbok Minah?
Siapa dia?” tanya Ali.
“Beliau
adalah ehm... ibu saya.” jawab Ayu kemudian.
“Oohh
baiklah. Apakah perlu saya antar?” tanya Ali.
“Tidak,
terimakasih.” jawab Ayu kemudian berlalu.
“Perempuan yang sangat cantik dan sopan. Sepertinya saya mulai
menyukainya.” ucap Ali dalam hati.
“Kalian ini
bagaimana sih? Kenapa kalian belum juga menemukan anakku? Sudah satu tahun tapi
kalian belum mendapatkan hasil apa-apa. Kalian memang tidak bisa diandalkan.”
maki Raja Abdullah pada para pengawalnya.
“Maafkan
kami Raja, kami sudah berusaha semaksimal mungkin tapi memang Tuan Putri belum
bisa kami temukan.” ucap pengawal dengan getir.
“Sekarang
kamu buat pengumuman bagi siapapun yang bisa menemukan anak saya, jika
perempuan saya akan mengangkatnya sebagai anak saya dan jika laki-laki saya
akan menikahkannya pada putri saya. Apabila dia laki-laki sudah jelas dia akan
menggantikan posisi saya di kemudian hari.” ucap Raja mantab.
“Apa kamu
sudah gila?” maki Ratu Elisa kesal.
“Saya tidak
gila. Saya akan melakukan apapun untuk menemukan anak saya, termasuk memberikan
tahta yang saya miliki saat ini.” jawab Raja Abdullah yakin.
“Kamu bukan
Raja Abdullah yang dahulu saya kenal. Raja Abdullah yang saya kenal adalah Raja
yang tidak akan memberikan tahtanya pada siapapun dengan mudahnya. Dimana
dirimu yang dahulu?”
“Saya melakukan
ini untuk putri saya. Apa saya salah? Seharusnya kamu mendukung keputusanku
ini. Semua ini demi Lestari, anak kita.” ucap Raja Abdullah.
“Dia bukan
anakku. Sekarang semua terserah apa maumu.” ucap Ratu Elisa kesal sambil
berlalu meninggalkan Raja Abdullah dan para pengawalnya.
“Segera
laksanakan perintahku.” ucap Raja Abdullah tegas.
“Baik Raja.”
jawab para pengawalnya.
“Assalamualaikum,”
ucap Ayu sambil memasuki gubuk tua milik mbok Minah.
“Waalaikumsalam.
Kamu darimana saja Nak? Kamu perginya lama sekali, mbok khawatir dengan
keadaanmu.” tanya mbok Minah perhatian.
“Maafkan
saya mbok.” ucap Ayu lirih.
“Sudahlah lebih
baik sekarang kamu makan dan lekaslah istirahat. Saya tidak ingin kamu sakit
lagi.” ucap mbok Minah.
“Baik mbok,”
ucap Ayu sambil bergegas pergi.
4
Sinar
matahari pagi menerpa wajahnya yang tampan. Suara kicauan burung dan gemericik
air sungai yang merdu membangunkan Ali dari mimpinya yang panjang. Ternyata
sudah pagi, fikirnya.
“Saya harus
segera melanjutkan perjalanan untuk segera bertemu dengan ibu, ayah, dan
saudara-saudara saya.” ucap Ali mantab. Dengan membawa persediaan perbekalan
yang tersisa, Ali berjalan memasuki sebuah desa yang kecil namun bersih. Mata
dia tertuju pada sebuah gubuk kecil di pinggir hutan. Dari gubuk itu keluar
seorang perempuan cantik yang dia temui di sungai kemarin.
“Ayu?”
panggil Ali bersemangat sambil berlari menuju tempat Ayu berdiri.
“Kamu Ali
kan?” tanya Ayu sedikit ragu.
“Iya saya
Ali. Apakah ini rumahmu?” tanya Ali ingin tahu.
“Iya ini
rumahku. Sepertinya kamu belum sarapan. Bagaimana kalau kita sarapan di dalam,
nanti akan aku kenalkan dengan mbok Minah.” ucap Ayu semangat.
“Baiklah
jika itu tidak merepotkan.”
“Tidak sama
sekali.” ucap Ayu sambil tersenyum.
“Kenapa mbok
sedari tadi memperhatikan wajah Ali? Apa ada yang salah dengan wajahnya?” tanya
Ayu bingung.
“Ehm, tidak
ada.” jawab mbok Minah gugup.
“Lalu kenapa
mbok gugup seperti itu?” tanya Ali penasaran.
“Mbok hanya
teringat dengan anak laki-laki mbok. Kalau dia masih hidup pasti dia sudah
sebesar kamu.” jawab mbok sedih.
“Memangnya
dimana anak mbok sekarang?” tanya Ali.
“Saya pun
tidak tahu dimana dia berada.” jawab mbok sedih. Matanya berkaca-kaca. Air mata
mengalir membasahi pipinya. Dia begitu merindukan anak-anaknya. Namun, dia
tidak tahu lagi harus mencarinya kemana.
“Maafkan
saya mbok, saya tidak bermaksud membuatmu bersedih seperti itu.” ucap Ali merasa
bersalah.
“Sudahlah
mbok, saya berjanji akan membantu mbok untuk menemukan anak mbok. Jangan
menangis lagi iya mbok, saya tidak ingin melihat mbok bersedih seperti ini.”
ucap Ayu sambil menghapus air mata di pipi mbok Minah.
“Saya juga
akan membantu.” ucap Ali bersemangat.
“Bukankah
kamu harus mencari keluargamu?” tanya Ayu bingung.
“Memangnya
keluargamu dimana Nak?” tanya mbok Minah.
“Saya pun
tidak tahu. Sejak kecil saya diasuh oleh sebuah keluarga angkat saya di desa
seberang dan sampai saat ini pun saya tidak tahu dimana ibu dan saudara-saudara
saya berada. Saya sangat merindukannya.” jawab Ali sedih.
“Tunggu, di
desa seberang? Apakah kamu mempunyai tanda lahir di pundakmu?” tanya mbok Minah
penasaran.
“Ini.” ucap
Ali menunjukkan tanda lahir di pundaknya.
“Tunggu
sebentar.” ucap mbok Minah.
Ayu bingung
dengan sikap mbok Minah seperti itu. Begitupun dengan Ali. Dia heran kenapa
mbok Minah mengetahui tanda lahir yang ada di pundaknya, padahal sedari tadi
tidak ada yang membahas mengenai tanda lahir. Tiba-tiba mbok Minah datang
membawa sebuah kalung berbentuk setengah hati.
“Itu kalung
milikku.” ucap Ali bingung.
“Tidak, ini
kalung milikku. Apakah kamu memilikinya juga?” tanya mbok Minah bersemangat.
“Iya, aku
memilikinya juga. Tunggu sebentar.” ucap Ali sambil mengobrak-abrik bawaannya
untuk menemukan sesuatu.
“Ini dia.”
ucap Ali senang.
“Anakku.
Kamu benar-benar anakku? Kamu sudah sangat besar Nak.”
Mbok Minah
menangis. Dia tidak sangggup lagi menampung air mata kebahagiannya. Dia tidak
menyangka, semudah ini dia akan bertemu dengan anak kandungnya. Kini, Ali, anak
kandungnya berada di hadapannya. Dengan sigap mbok Minah langsung memeluk Ali
dengan erat. Begitupun dengan Ali. Dia membalas pelukan mbok Minah dengan erat
pula. Mereka sama-sama bahagia telah berhasil menemukan orang yang mereka
cintai.
Rencana yang
begitu indah, fikir mbok Minah dan Ali. Tuhan telah membuat rencana yang sangat
indah untuk mereka berdua. Peristiwa yang akan menjadi sejarah dan tak akan
terlupakan oleh mereka.
“Bolehkah
aku memanggilmu ibu?” tanya Ali hati-hati.
“Tentu saja
Nak, ibu sangat bahagia bisa bertemu denganmu.” ucap mbok Minah sambil
menghapus air mata di pipinya.
“Dimana ayah
bu? Apakah dia masih hidup?” tanya Ali penasaran.
“Ibu tidak
tahu dimana dia berada. Ibu juga tidak tahu apakah dia masih hidup atau sudah
mati. Suatu saat ibu akan menceritakan semuanya.” ucap mbok Minah sambil
tersenyum.
“Saya senang
akhirnya mbok Minah menemukan anak yang selama ini mbok cari.” ucap Ayu
menyadarkan Ali dan mbok Minah bahwa ada orang lain di situ.
“Jika aku
adalah anak mbok Minah, berarti kamu adalah adikku?” tanya Ali.
“Bukan.”
jawab Ayu sambil tersenyum.
“Tetapi
bukankah mbok Minah ini juga ibumu?” tanya Ali bingung.
“Lebih
tepatnya ibu angkat, karena mbok Minah telah menemukan saya di pinggir sungai
dan menyelamatkan nyawa saya.” jawab Ayu. Terlintas di fikirannya sebuah
peristiwa satu tahun lalu. Keinginan untuk mengingat semuanya semakin kuat.
“Ayu itu
sebenarnya hilang ingatan. Sampai saat ini dia belum berhasil mengingat semuanya.”
ucap mbok Minah menimpali.
“Saya harus
pergi ke sungai mbok.” ucap Ayu sambil berlari.
“Ayu...”
teriak mbok Minah memanggil Ayu yang semakin lama semakin menjauh dari
gubuknya.
“Biar aku
yang mengejar bu.” ucap Ali sambil mengejar Ayu.
“Hati-hati Nak.”
ucap mbok Minah khawatir.
“Dasar kau
bodoh. Untuk mengingat saja kamu tidak bisa. Bodoh, bodoh, bodoooohhhhh....”
umpat Ayu pada dirinya sendiri.
“Jangan
menyiksa dirimu seperti itu yu. Suatu saat nanti kamu juga akan mengingatnya.”
ucap Ali menasehati.
“Sampai
kapan? Sampai kapan saya harus begini? Sudah satu tahun saya mencoba
mengingatnya, tetapi apa hasilnya? Hanya nama saja saya tak sanggup
mengingatnya.” ucap Ayu sambil menangis.
“Sudahlah
yu, jangan menangis seperti itu.” ucap Ali sambil menghapus air mata Ayu.
“Saya akan
membantu kamu mengingat semuanya. Kamu tidak perlu takut. Saya akan selalu ada
disamping kamu.” ucap Ali meyakinkan.
“Terimakasih
Ali.” ucap Ayu sambil tersenyum.
“Aku
mencintaimu, sejak awal kita bertemu.” ucap Ali tiba-tiba. Secara tiba-tiba
sekujur tubuh Ayu meregang. Kakinya terasa lemas, mulutnya terasa kaku tidak
bisa mengatakan apa-apa.
“Ayu, kamu
kenapa? Apa ada yang salah dengan ucapanku?” tanya Ali khawatir.
“Ti...
dak... saya... ha... nya... kaget... mendengar... uca... panmu...” jawab Ayu
gugup.
“Hahaha...”
“Kenapa...
ka... mu terta... wa seperti i... tu?” tanya Ayu heran.
“Kamu itu
lucu sekali. Saya kan hanya berterus terang, kenapa kamu sampai kaget seperti
itu? Apakah kamu juga mencintai saya?” tanya Ali menyelidik. Muka Ayu berubah
seperti tomat. Pipinya merah merona. Ayu hanya bisa menunduk. Malu dengan
ucapan Ali barusan.
“Benar tidak
tebakan saya tadi?” tanya Ali sambil mengangkat dagu Ayu.
“Sa... ya...
juga mencin... taimu.” jawab Ayu malu-malu.
“Sudah
kutebak.”
Mereka
tertawa hampir bersamaan. Senyum merekah di wajah keduanya. Kicauan burung
bersahut-sahutan seakan-akan mengetahui isi hati mereka.
5
“Pengumuman.
Saya mewakili Raja Abdullah akan memberitahukan bahwa barang siapa yang dapat
menemukan Tuan Putri Lestari, jika perempuan beliau akan mengangkatnya sebagai
anak dan jika laki-laki akan dinikahkan dengan putrinya. Apabila dia laki-laki
sudah jelas dia akan menggantikan posisi Raja di kemudian hari.” kata pengawal
kerajaan memberikan pengumuman.
“Tuan Putri
Lestari? Siapa dia?” tanya Ali pada seseorang di sebelahnya.
“Dia adalah
putri tunggal Raja Abdullah yang menghilang satu tahun yang lalu yang sampai
saat ini belum diketahui keberadaannya.”
“Tuan Putri
itu sangat cantik. Rambutnya panjang dan dia memiliki tahi lalat di bawah mata
kanannya.” ucap seseorang menimpali.
“Tahi lalat di bawah mata kanannya? Bukankah Ayu juga memiliki
tanda itu?” tanya Ali dalam hati.
“Baiklah
saya harus segera pulang, terimakasih atas informasinya.” ucap Ali.
“Ibu, saya
ingin berbicara sebentar.” ucap Ali lirih.
“Ada apa
Ali? Kenapa kamu menarik ibu seperti ini?” tanya mbok Minah bingung.
“Apakah ibu
telah mendengar kabar bahwa putri Raja Abdullah menghilang satu tahun yang
lalu?” tanya Ali menyelidik.
“Iya, ibu
sudah mendengar kabar itu. Memangnya kenapa li?” tanya mbok Minah bingung.
“Tadi saat
aku menjual kayu bakar di pasar, Ali mendengar pengumuman dari para pengawal
Raja Abdullah bahwa jika ada yang menemukan Tuan Putri Lestari jika perempuan
beliau akan mengangkatnya sebagai anak dan jika laki-laki akan dinikahkan
dengan putrinya. Apabila dia laki-laki sudah jelas dia akan menggantikan posisi
Raja di kemudian hari.”
“Lalu apa
hubungannya dengan ibu? Memangnya kamu tahu dimana Tuan Putri Lestari berada?”
tanya mbok Minah.
“Tadi saya
sempat bertanya kepada seseorang di pasar ciri-ciri dari Tuan Putri dan
ternyata Tuan Putri memiliki tahi lalat di bawah mata kanannya. Bukankah Ayu
memilikinya bu?”
“Bisa saja
itu hanya kebetulan bukan?”
“Tetapi
keyakinan saya kuat bu. Ayu adalah putri Raja Abdullah.” ucap Ali yakin.
“Saya akan
melaporkannya pada Raja Abdullah.” lanjut Ali.
“Jangan
tergesa-gesa. Kita buktikan terlebih dahulu. Ki...”
“Mbooookkkkkk....”
“Ayu?”
teriak Ali dan mbok Minah bersamaan.
“Aaawwww....”
“Kamu tidak
apa-apa?” tanya Ali khawatir.
“Memangnya
aku kenapa?” tanya Ayu bingung.
“Tadi kamu
kejatuhan kayu penyangga jerami, lalu kamu pingsan. Kamu tidak kenapa-kenapa
kan Ayu?” tanya Ali khawatir.
“Ayu? Siapa
dia? Kamu siapa?” tanya Ayu bingung.
“Ayu itu
namamu. Aku Ali kekasihmu.”
“Kamu sudah
sadar Nak?” tanya mbok Minah.
“Anda
siapa?” tanya Ayu semakin bingung.
“Saya mbok
Minah, kamu tidak mengingat saya?” tanya mbok Minah heran.
“Sepertinya
ingatan kamu sudah pulih.” ucap Ali lemas.
“Memangnya
saya pernah hilang ingatan?” tanya Ayu semakin heran.
“Satu tahun
lalu, saat mbok Minah, ibuku menemukanmu di tepi sungai. Kamu ingat?” tanya
Ali.
Ayu hanya
menggeleng. Dia bingung. Dia dia tidak percaya kalau dia pernah hilang ingatan.
Dia benar-benar tidak mengingat semuanya.
“Namamu
siapa?” tanya Ali.
“Saya Tuan
Putri Lestari, putri tunggal Raja Abdullah. Bisakah kamu mengantar saya pulang?
Saya rindu pada ayahku.”
“Antarkan
dia pulang Nak.” ucap mbok Minah.
“Baik bu.”
ucap Ali.
“Mbok,
terimakasih Anda sudah merawat saya selama ini. Walaupun saya tidak
mengingatnya tetapi yang jelas saya yakin Anda orang yang baik. Maafkan saya
telah merepotkanmu selama ini. Saya pamit pulang dulu mbok.” ucap Tuan Putri
Lestari sambil mencium punggung tangan mbok Minah.
“Hati-hati
iya Nak. Ali, jaga Tuan Putri Lestari baik-baik.” ucap mbok Minah.