hthtththth. Diberdayakan oleh Blogger.

Rahasia yang Terungkap #Part3

6
“Siapa kamu? Ada perlu apa kesini?” tanya para pengawal kerajaan.
“Saya Ali, saya ingin bertemu dengan Raja Abdullah.” ucap Ali.
“Ada perlu apa kamu bertemu dengan Raja?”
“Saya ingin mengantarkan Tuan Putri Lestari menemui ayahnya.” ucap Ali sambil meminggirkan tubuhnya sehingga para pengawal bisa melihat dengan jelas Tuan Putri Lestari.
“Tuan Putri? Anda tidak apa-apa?” tanya para pengawal.
“Saya tidak apa-apa, bolehkah saya dan Ali masuk?” tanya Tuan Putri Lestari.
“Tentu saja Tuan Putri, silahkan masuk. Saya akan mengantarkan Anda menemui Raja Abdullah.”
“Ayaaaaahhhhh...” teriak Tuan Putri Lestari sambil berlari memeluk ayahnya yang sedang melamun di taman kerajaan.
“Putriku? Kamu benar-benar Lestari?”
“Iya aku Lestari ayah.”
Keduanya berbaur dalam kebahagiaan. Air mata kebahagiaan tidak dapat tertahankan. Keduanya menangis bahagia. Ali pun ikut menangis menyaksikan peristiwa tersebut. Dia mengingat kejadian yang sama saat dia bertemu dengan mbok Minah, ibu kandungnya beberapa bulan yang lalu.
“Ehem...”
Deheman Ali menyadarkan Raja Abdullah dan Tuan Putri Lestari bahwa ada seseorang yang menyaksikan peristiwa tersebut. Raja Abdullah tersadar dan memperhatikan Ali secara saksama.
“Kamu siapa? Apakah kamu yang menemukan putriku?” tanya Raja Abdullah.
“Iya yah, Ali dan ibunya telah menyelamatkan nyawaku dan merawatku selama ini.” jelas Tuan Putri Lestari.
“Kalau begitu saya akan menepati janji saya untuk menikahkanmu dengan Putri kesayanganku ini. Saya punya keyakinan kamu anak yang baik dan dapat memimpin kerajaan ini kelak ketika saya telah turun tahta.” ucap Raja Abdullah.
“Saya tidak mengharapkan imbalan Raja. Saya dan ibu saya tulus menolong Tuan Putri selama ini.”
“Kamu bilang, selama saya hilang ingatan kita adalah sepasang kekasih bukan? Kenapa kamu tidak mau menerima hadiah itu?” tanya Tuan Putri Lestari.
“Saya hanya...”
“Apakah kamu berbohong? Atau kamu tidak mencintaiku?” tanya Tuan Putri Lestari berbohong.
“Tidak. Keduanya tidak benar. Saya sungguh-sungguh mencintai Tuan Putri. Saya hanya merasa tidak pantas untuk menjadi pendamping Tuan Putri. Bukankah Tuan Putri tahu bahwa saya hanya seorang penjual kayu bakar yang tidak memiliki harta sepeser pun.”
“Jika kamu benar-benar mencintai anak saya kamu harus mau menikah dengan anakku, saya harus melaksanakan janji yang sudah saya sebarkan kepada rakyat. Saya tidak memandang kamu siapa atau berasal dari mana, yang penting untuk saya adalah kamu orang baik dan benar-benar mencintai anak saya. Hanya itu. Apa sekarang kamu sanggup dan mau menikahi anak saya?” tanya Raja Abdullah.
“Baiklah, saya sanggup dan sesegera mungkin akan menikahi Tuan Putri.”
“Kalau begitu saya ingin bertemu ibumu.” pinta Raja Abdullah.
“Besok saya akan membawa ibuku untuk menghadap Raja. Kalau begitu, saya pamit pulang.” ucap Ali.
“Hati-hati di jalan, jangan lupa besok kamu harus membawa ibumu ke sini.”
“Baik Raja.”
“Jadi Raja benar-benar menepati janjinya?” tanya mbok Minah tidak percaya.
“Apakah Raja tidak mengetahui kondisi kita yang sebenarnya?” tanya mbok Minah penasaran.
“Raja Abdullah sudah mengetahui yang sebenarnya bu. Saya sudah memberitahui beliau. Tetapi Raja tetap pada tekadnya untuk menikahkan saya pada Tuan Putri Lestari.” ucap Ali menjelaskan.
“Beliau juga mengatakan, besok ibu harus menghadap beliau untuk membicarakan pernikahan saya dan Tuan Putri.”
“Apakah harus secepat itu Nak?” tanya mbok Minah heran.
“Iya bu, Raja Abdullah sendiri yang mengatakan itu pada saya. Apakah ibu bersedia?” tanya Ali harap-harap cemas.
“Ibu masih tidak yakin jika Raja melakukan hal ini. Kehidupan kita sungguhlah jauh berbeda. Tuan Putri Lestari dan Raja Abdullah adalah orang terpandang yang disegani oleh rakyat, terlebih lagi Raja Abdullah adalah seorang Raja yang tersohor ke seluruh dunia. Sedangkan kita? Apa yang bisa dibanggakan dari kita? Harta tidak punya. Untuk makan saja, kita harus mencari kayu bakar dan menjualnya. Jika tidak ada kayu bakar, kita tidak makan. Tuan Putri Lestari sudah merasakannya bukan?”
“Ibu, percayalah padaku. Raja Abdullah adalah orang yang baik. Saya yakin beliau pasti punya rencana di balik semua ini. Beliau tidak mungkin dengan mudah memberikan tahtanya pada orang sembarangan. Jika beliau yakin untuk menikahkan saya dengan Tuan Putri, sudah pasti dia mempercayakan tahtanya pada saya.”
“Baiklah, ibu percaya dengan kata-katamu. Besok kita menghadap Raja.”
“Terimakasih ibu.” ucap Ali sambil memeluk ibu yanng sangat disayanginya itu. Dalam hati, mbok Minah masih meras ragu. Entah apa yang membuatnya ragu. Tetapi yang jelas bukan masalah kehidupan mereka yang sungguh berbeda. Karena dia yakin Raja Abdullah adalah Raja yang baik. Mbok Minah hanya menjadikan masalah itu sebagai alasan untuk mematahkan niat Ali untuk menikahi Tuan Putri. Namun apa daya. Niat Ali begitu kuat. Jadi apapun alasan atau apapun yang akan menghalangi pernikahan mereka tidak akan pernah berhasil.

7
“Sayang... kamu dimana?” teriak Ratu Elisa mencari suaminya.
“Lestari?” teriak Ratu Elisa kaget.
“Iya saya sudah pulang. Kenapa ibu kaget seperti itu?” tanya Tuan Putri Elisa menyindir.
“Tidak, ibu tidak kaget. Ibu hanya terlalu senang melihatmu sudah pulang. Ayah dan ibu mencemaskanmu selama ini. Kami khawatir dengan keadaanmu.”
“Sebenarnya kamu kemana selama ini?” tanya Raja Abdullah.
“Saya dibunuh oleh seseorang dan di buang ke jurang.”
“Bukankah saya menyuruh para pengawal untuk membuang kamu ke sungai? Upsss...”
“Apa yang kamu katakan? Jadi dalang dari semua ini adalah kamu Elisa? Ibu tiri Lestari? Dan selama ini kamu berpura-pura buta melihat apa yang terjadi? Saya benar-benar kecewa sama kamu. Saya muak melihat wajahmu.” maki Raja Abdullah.
“Maafkan saya, ini semua di luar kendali saya.”
“Saya memang sudah curiga dari awal. Saya benci pada kamu. Pergi dari sini.” usir Raja Abdullah.
“Maaf sa...”
“Permisi Raja, ada yang ingin bertemu dengan Anda.” ucap seorang pengawal.
“Baik, saya akan menemuinya. Ayo sayang.” ajak Raja Abdullah pada Tuan Putri.
“Masalah kita belum selesai.” ucap Raja pada istrinya dengan ketus.

“Maaf, kami sudah membuat kalian menunggu lama.” ucap Raja Abdullah.
“Tidak mas... Abdullah?” tanya mbok Minah tidak percaya.
“Mirna?” tanya Raja Abdullah sama-sama tidak percaya.
“Maaf Raja, ini mbok Minah ibu saya. Bukan Mirna seperti yang Raja sebutkan tadi.” ucap Ali menjelaskan.
“Dia itu Mirna, istri saya yang pergi meninggalkan saya begitu saja.” ucap Raja Abdullah ketus.
“Saya tidak pernah meninggalkan Anda, Raja Abdullah.” balas mbok Minah kesal.
“Lalu?”
“Kedua orang tuamu yang mengusir saya dari kerajaan. Sebenarnya mereka tidak pernah menyetujui hubungan kita.” ucap mbok Minah membela diri.
“Lalu kenapa kamu meninggalkan anak kita? Kamu tahu dia masih sangat kecil? Bahkan masih bayi.” ucap Raja Abdullah tidak mau kalah.
“Karena dia masih bayi sehingga saya menitipkan anak kita pada kedua orang tuamu. Saya tidak memiliki sedikitpun uang, saya fikir lebih baik jika anak kita tetap tinggal di lingkungan kerajaan. Apakah Tuan Putri Lestari adalah anak kita yang hilang?” tanya mbok Minah penasaran.
“Iya, dia adalah anak kita.”
“Jadi, saya dan Ali adalah saudara kandung?” tanya Tuan Putri meminta penjelasan.
“Iya, kalian tidak bisa meneruskan pernikahan ini.” ucap Raja Abdullah prihatin.
“Ali bukan anak kalian.” ucap Ratu Elisa memecahkan percakapan mereka.
“Apa maksudmu?” tanya mbok Minah bingung.
“Ali itu anak salah satu rakyat disini yang saya beli, anak kalian sudah mati. Saya sengaja menukarnya hahaha”
“Tidak, kamu berbohong.”
“Saya tidak berbohong Ratu Mirna sayang. Saat itu saya yang menemanimu melahirkan bukan? Lalu saya membunuh anakmu. Kemudian saya mencari bayi laki-laki yang baru lahir untuk menggantikan posisi anakmu. Saya tidak suka jika anakmu kelak yang akan memimpin kerajaan ini.” jawab Ratu Elisa sinis.
“Kamu benar-benar sadis. Kamu telah membunuh anak-anakku. Untung saja Lestari masih bisa diselamatkan. Dasar wanita tidak punya perasaan.” maki Raja Abdullah kasar.
“Dasar kalian bodoh. Siapa suruh kamu menggantikan posisiku Ratu Mirna? Hahahaha.” ucap Ratu Elisa sambil melayangkan pisau buah di leher Tuan Putri Lestari.
“Jangan sakiti anakku lagi.” ucap mbok Minah marah.
“Saya tidak akan menyakitinya. Tapi saya akan membunuhnya haha.”
“Lepaskan dia.” ucap Ali sambil menendang pisau yang ada di tangan Ratu Elisa. Ratu Elisa pun terjatuh. Pisau buah yang tadi dia pegang terlempar. Dengan segera dia mengambil pisau itu dan berlari ke arah Ratu Mirna. Dengan sigap Raja Abdullah mendorong Ratu Mirna hingga jatuh. Raja Abdullah berusaha merebut pisau yang dia pegang. Namun Ratu Elisa tidak mau mengalah. Tiba-tiba saja pisau buah itu mengarah ke perut Ratu Elisa dan menusuknya. Darah segar mengucur begitu derasnya. Semua orang terkejut termasuk Raja Abdullah. Kemudian Raja berlutut memangku kepala Ratu Elisa.
“Maafkan aku. Aku tidak bermaksud membunuhmu.” ucap Raja Abdullah sedih.
“Bukan salahmu. Aku yang seharusnya meminta maaf padamu, Ratu Mirna, Lestari, dan Ali. Saya telah melakukan banyak kesalahan.”
“Saya akan meyelamatkan nyawamu.”
“Jangan. Saya sudah ikhlas jika saya harus mati saat ini. Saya akan sangat bahagia, jika Ali dan Lestari dapat bersatu. Kamu juga harus kembali bersatu dengan Ratu Mirna.”
“Jangan berbicara terlalu banyak.” ucap mbok Minah khawatir.
“Semoga kalian bahagia.”
“Innalilaahi wainnailaihi roji’un.”
Ratu Elisa tidak sanggup lagi bertahan. Jantungnya berhenti berdetak. Nafasnya berhenti di atas pangkuan suaminya. Semua mata memperhatikan kepergiannya. Kesalahannya memang fatal, tapi semuanya sudah memaafkan semua kesalahannya.
Tuan Putri Lestari menangis. Dia tidak sanggup lagi menampung air matanya. Bagaimanapun juga Ratu Elisa telah merawatnya sejak kecil. Walaupun bukan ibu yang baik, Lestari tetap menyayanginya. Ali berusaha menenangkan Tuan Putri. Dia tahu betul bagaimana perasaan Tuan Putri saat ini. Dia tidak tega melihat kesedihan di wajah Tuan Putri. Sekuat tenaga dia mencoba menenangkan Tuan Putri.

Satu minggu kepergian Ratu Elisa telah berlalu. Raja Abdullah dan yang lainnya telah mengikhlaskan kepergiaan beliau. Bahkan semua orang tengah sibuk mempersiapkan pernikahan Ali dan Tuan Putri Lestari.
Dalam satu minggu ini hubungan Ali dengan Tuan Putri semakin erat. Mereka terlihat begitu serasi. Dan hari ini adalah hari dimana cinta mereka akan dipersatukan dalam ikatan suci pernikahan.
Raja Abdullah tengah memantau para pesuruhnya mempersiapkan pesta pernikahan mereka. Satu jam lagi rakyat Raja Abdullah akan menjadi saksi kebahagiaan Ali dan Tuan Putri Lestari.
“Kamu sangat cantik Nak seperti ibumu.” puji Raja Abdullah pada anaknya.
“Dia memang sangat cantik. Tidak ada yang bisa menandingi kecantikannya.” timpal Ratu Mirna.
“Ibu juga sangat cantik. Begitupun ayah sangat gagah mengenakan pakaian itu.”
“Kamu memang pandai memuji. Semoga kamu bahagia dengan pernikahanmu ini. Ayah dan ibu selalu mendoakan yang terbaik untukmu dan Ali.”
“Terimakasih ayah, ibu.” ucap Tuan Putri Lestari sambil memeluk ayah dan ibunya. Tidak terasa air matanya menetes. Tapi bukan air mata kesedihan, melainkan air mata kebahagiaan. Kebahagiaan yang tidak dapat tergantikan oleh apapun. Kebahagiaan bersama keluarga yang lengkap dan menyayanginya serta kebahagiaan bersama Ali kekasih yang sangat dicintainya.

***** THE END *****


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Posting Komentar

Get Free Music at www.divine-music.info
Get Free Music at www.divine-music.info

Free Music at divine-music.info