hthtththth. Diberdayakan oleh Blogger.

Rahasia yang Terungkap #Part2


2
“Permisi, bolehkah saya masuk Raja?” tanya pengawal itu hati-hati.
“Silahkan. Kabar apa yang kamu bawa?” tanya Raja Abdullah penasaran.
“Saya dan anak buah saya telah mengumumkan berita hilangnya Tuan Putri Lestari ke seluruh pelosok desa. Kita hanya tinggal menunggu kabarnya saja Raja.” jawab pengawal itu.
“Bagus. Tapi saya ingin kalian tidak hanya menunggu kabar dari rakyat, kalian juga harus berusaha mencari Tuan Putri Lestari sampai ketemu.” pinta Raja Abdullah tegas.
“Baik Raja, saya sendiri yang akan memimpin anak buah saya untuk mencari Tuan Putri Lestari.” jawab pengawal itu sambil berlalu meninggalkan ruangan.
“Bagus.” ucap Raja senang.
“Kalau begitu saya permisi dahulu Raja.”
“Silahkan.”
“Sudahlah sayang, kamu jangan terlalu mengkhawatirkan keadaan Lestari. Saya yakin dia akan baik-baik saja.” ucap Ratu Elisa.
“Dia itu anak saya, bagaimana saya tidak khawatir dengan keadaannya. Saya lihat kamu sama sekali tidak mengkhawatirkan keadaannya. Apakah kamu yang menyebabkan Lestari hilang?” tanya Raja Abdullah curiga.
“Mengapa kamu berbicara seperti itu pada saya? Kamu curiga pada saya? Saya memang bukan ibu kandungnya, tapi saya sudah menganggap dia sebagai anak kandung saya sendiri. Saya menyayanginya, sangat menyayanginya bahkan melebihi rasa sayang saya pada diri saya sendiri.” ucap Ratu berbohong.
“Bukan itu maksud saya. Maafkan saya, saya hanya sedang bingung memikirkan keadaan Lestari.” balas Raja Abdullah.
“Sudahlah, sepertinya kamu butuh istirahat.” ucap Ratu Elisa.
“Baiklah, saya akan beristirahat dahulu.” ucap Raja Abdullah sambil berlalu menuju kamarnya.
“Dasar bodoh. Bapak dan anaknya sama saja.” umpat Ratu Elisa sambil tersenyum sinis.

“Ayu, dimana kamu? Mbok sudah pulang nih. Mbok membawakan makan siang untukmu.” teriak mbok Minah sambil mencari keberadaan Ayu, perempuan cantik yang dia temukan di tepi sungai kemarin siang sepulang mencari kayu bakar.
“Dimana dia? Kenapa dia tidak ada di tempat tidurnya?” tanya mbok Minah pada dirinya sendiri. Mbok Minah sangat khawatir dengan keadaan Ayu. Dia berusaha mencari keberadaan Ayu. Dia mencari ke halaman belakang rumahnya sambil terus berteriak-teriak memanggil Ayu.
“Ayuuu... ayuuu... Kamu dimana Nak?” teriak mbok Minah khawatir.
“Mbok Minah mencari siapa?” tanya seorang wanita muda yang sedang menidurkan anaknya.
“Saya mencari Ayu, perempuan yang saya temukan di pinggir saya kemarin yang sekarang tinggal di rumah saya.” jawab mbok Minah gugup.
“Tadi dia bilang ingin jalan-jalan cari udara segar, lalu dia perg ke arah sungai mbok.” balas wanita itu sambil menunjuk ke arah sungai.
“Terimakasih iya, saya akan menyusul dia ke sana.” lanjut mbok Minah.
“Hati-hati mbok.”

“Saya harus mengingat sesuatu. Pasti ada hubungannya antara saya, sungai ini, dan mimpi itu. Ayo kamu pasti bisa. Kenapa saya masih belum bisa mengingat apapun?” tanya Ayu pada dirinya sendiri.
“Ayu, sedang apa kamu disini Nak? Kondisi kamu belum pulih benar. Ayo kita pulang, kamu masih butuh banyak istirahat.” ucap mbok Minah membuyarkan lamunan Ayu.
“Mbok? Kok mbok ada disini?” tanya Ayu bingung.
“Mbok tadi mencari kamu di rumah, tapi kamunya tidak ada, lalu mbok diberitahu tetangga mbok kalau kamu pergi ke sungai, akhirnya mbok ke sini untuk menyusul kamu. Apa yang kamu inginkan di sini?” tanya mbok Minah.
“Saya sedang berusaha mengingat sesuatu mbok.” jawab Ayu lesu.
“Saya ingin segera memulihkan ingatan saya. Saya yakin mimpi saya semalam itu ada hubungannya dengan saya dan tentunya sungai ini dimana mbok menemukan saya.” jawab Ayu lagi.
“Apa yang kamu lakukan? Luka di tubuh kamu saja belum benar-benar sembuh. Sekarang kamu malah ingin menyiksanya lagi. Jangan paksa ingatanmu mengingat semuanya. Perlahan kamu juga akan mengingat semuanya. Hanya tinggal tunggu waktu saja Nak.” ucap mbok Minah meyakinkan.
“Tapi mbok...” ucap Ayu menggantung.
“Tidak ada tapi-tapian, sekarang kamu ikut mbok pulang. Mbok tidak ingin melihat kamu kenapa-kenapa.” ucap mbok Minah tegas.
“Baik mbok.” ucap Ayu menurut.
3
Berhari-hari, berjam-jam, berminggu-minggu, dan berbulan-bulan lamanya Ayu tinggal di rumah mbok Minah. Hari ini tepat satu tahun Ayu ditemukan oleh mbok Minah di sungai. Namun, sampai hari ini pun Ayu belum bisa mengingat apapun. Dia sangat kesal dan benci pada dirinya sendiri akan hal itu.
“Mbok, bolehkah saya pergi ke sungai?” tanya Ayu pada mbok Minah.
“Untuk apa kamu ke sana Nak” tanya mbok Minah.
“Saya ingin mencoba mengingat semuanya lagi mbok. Saya sudah lelah dengan keadaan seperti ini. Setiap hari saya selalu bermimpi yang sama dan saya yakin mimpi itu adalah pertanda bahwa saya harus segera mengetahui siapa diri saya sebenarnya.” ucap Ayu sedih.
“Baiklah jika itu kemauanmu, hanya satu pesan mbok kamu harus berhati-hati.” pinta mbok Minah.
“Baik mbok, saya akan berhati-hati.” jawab Ayu sambil berlalu pergi.

“Kamu pasti bisa. Kamu harus mencoba mengingat siapa kamu sebenarnya. Paling tidak kamu bisa mengingat siapa nama kamu yang sebenarnya. Berusahalah, kamu pasti bisa.” ucap Ayu menyemangati dirinya sendiri.
“Ehem...”
“Si... a... pa... ka... mu....???” tanya Ayu gugup.
“Tenanglah, saya bukan orang jahat. Saya hanya kebetulan lewat dan melihat kamu sendirian di sini. Sedang apa kamu di sini? Apakah kamu sedang menunggu seseorang?” tanya seorang pemuda berparas tampan.
“Ti... dak... saya hanya ingin mencari udara segar.” jawab Ayu berbohong.
“Kalau begitu, bolehkah saya menemanimu disini?” tanya lelaki itu hati-hati.
“Untuk apa? Saya bisa sendiri.” jawab Ayu takut.
“Tidak usah takut, siapa namamu?” tanya lelaki itu.
“Nama saya Ayu.”
“Nama yang bagus. Panggil saja saya Ali.” jawab Ali.
“Baiklah Ali. Apa tujuan kamu kesini?” tanya Ayu ingin tahu.
“Saya ingin mengembara mencari keluarga saya.” jawab Ali lemas.
“Keluarga? Kenapa kamu akan mencarinya?” tanya Ayu penasaran.
“Ceritanya panjang.” jawab Ali sedih. Matanya mulai berkaca-kaca. Dia tidak tahu kemana dia harus mencari. Sedari kecil dia asuh oleh keluarga angkatnya. Entah anak siapa dia sebenarnya, dia pun tak tahu.
“Maafkan saya, saya tidak bermaksud membuatmu sedih. Saya memang lancang telah mencampuri urusanmu.” ucap Ayu merasa bersalah.
“Sudahlah tidak apa-apa. Jangan diingat-ingat lagi. Saya pun tidak ingin mengingatnya.” ucap Ali berusaha tegar.
“Hari sudah hampir sore, sepertinya saya harus pulang. Saya takut mbok Minah mencari saya.” ucap Ayu pada Ali.
“Mbok Minah? Siapa dia?” tanya Ali.
“Beliau adalah ehm... ibu saya.” jawab Ayu kemudian.
“Oohh baiklah. Apakah perlu saya antar?” tanya Ali.
“Tidak, terimakasih.” jawab Ayu kemudian berlalu.
“Perempuan yang sangat cantik dan sopan. Sepertinya saya mulai menyukainya.” ucap Ali dalam hati.

“Kalian ini bagaimana sih? Kenapa kalian belum juga menemukan anakku? Sudah satu tahun tapi kalian belum mendapatkan hasil apa-apa. Kalian memang tidak bisa diandalkan.” maki Raja Abdullah pada para pengawalnya.
“Maafkan kami Raja, kami sudah berusaha semaksimal mungkin tapi memang Tuan Putri belum bisa kami temukan.” ucap pengawal dengan getir.
“Sekarang kamu buat pengumuman bagi siapapun yang bisa menemukan anak saya, jika perempuan saya akan mengangkatnya sebagai anak saya dan jika laki-laki saya akan menikahkannya pada putri saya. Apabila dia laki-laki sudah jelas dia akan menggantikan posisi saya di kemudian hari.” ucap Raja mantab.
“Apa kamu sudah gila?” maki Ratu Elisa kesal.
“Saya tidak gila. Saya akan melakukan apapun untuk menemukan anak saya, termasuk memberikan tahta yang saya miliki saat ini.” jawab Raja Abdullah yakin.
“Kamu bukan Raja Abdullah yang dahulu saya kenal. Raja Abdullah yang saya kenal adalah Raja yang tidak akan memberikan tahtanya pada siapapun dengan mudahnya. Dimana dirimu yang dahulu?”
“Saya melakukan ini untuk putri saya. Apa saya salah? Seharusnya kamu mendukung keputusanku ini. Semua ini demi Lestari, anak kita.” ucap Raja Abdullah.
“Dia bukan anakku. Sekarang semua terserah apa maumu.” ucap Ratu Elisa kesal sambil berlalu meninggalkan Raja Abdullah dan para pengawalnya.
“Segera laksanakan perintahku.” ucap Raja Abdullah tegas.
“Baik Raja.” jawab para pengawalnya.
“Assalamualaikum,” ucap Ayu sambil memasuki gubuk tua milik mbok Minah.
“Waalaikumsalam. Kamu darimana saja Nak? Kamu perginya lama sekali, mbok khawatir dengan keadaanmu.” tanya mbok Minah perhatian.
“Maafkan saya mbok.” ucap Ayu lirih.
“Sudahlah lebih baik sekarang kamu makan dan lekaslah istirahat. Saya tidak ingin kamu sakit lagi.” ucap mbok Minah.
“Baik mbok,” ucap Ayu sambil bergegas pergi.

4
Sinar matahari pagi menerpa wajahnya yang tampan. Suara kicauan burung dan gemericik air sungai yang merdu membangunkan Ali dari mimpinya yang panjang. Ternyata sudah pagi, fikirnya.
“Saya harus segera melanjutkan perjalanan untuk segera bertemu dengan ibu, ayah, dan saudara-saudara saya.” ucap Ali mantab. Dengan membawa persediaan perbekalan yang tersisa, Ali berjalan memasuki sebuah desa yang kecil namun bersih. Mata dia tertuju pada sebuah gubuk kecil di pinggir hutan. Dari gubuk itu keluar seorang perempuan cantik yang dia temui di sungai kemarin.
“Ayu?” panggil Ali bersemangat sambil berlari menuju tempat Ayu berdiri.
“Kamu Ali kan?” tanya Ayu sedikit ragu.
“Iya saya Ali. Apakah ini rumahmu?” tanya Ali ingin tahu.
“Iya ini rumahku. Sepertinya kamu belum sarapan. Bagaimana kalau kita sarapan di dalam, nanti akan aku kenalkan dengan mbok Minah.” ucap Ayu semangat.
“Baiklah jika itu tidak merepotkan.”
“Tidak sama sekali.” ucap Ayu sambil tersenyum.

“Kenapa mbok sedari tadi memperhatikan wajah Ali? Apa ada yang salah dengan wajahnya?” tanya Ayu bingung.
“Ehm, tidak ada.” jawab mbok Minah gugup.
“Lalu kenapa mbok gugup seperti itu?” tanya Ali penasaran.
“Mbok hanya teringat dengan anak laki-laki mbok. Kalau dia masih hidup pasti dia sudah sebesar kamu.” jawab mbok sedih.
“Memangnya dimana anak mbok sekarang?” tanya Ali.
“Saya pun tidak tahu dimana dia berada.” jawab mbok sedih. Matanya berkaca-kaca. Air mata mengalir membasahi pipinya. Dia begitu merindukan anak-anaknya. Namun, dia tidak tahu lagi harus mencarinya kemana.
“Maafkan saya mbok, saya tidak bermaksud membuatmu bersedih seperti itu.” ucap Ali merasa bersalah.
“Sudahlah mbok, saya berjanji akan membantu mbok untuk menemukan anak mbok. Jangan menangis lagi iya mbok, saya tidak ingin melihat mbok bersedih seperti ini.” ucap Ayu sambil menghapus air mata di pipi mbok Minah.
“Saya juga akan membantu.” ucap Ali bersemangat.
“Bukankah kamu harus mencari keluargamu?” tanya Ayu bingung.
“Memangnya keluargamu dimana Nak?” tanya mbok Minah.
“Saya pun tidak tahu. Sejak kecil saya diasuh oleh sebuah keluarga angkat saya di desa seberang dan sampai saat ini pun saya tidak tahu dimana ibu dan saudara-saudara saya berada. Saya sangat merindukannya.” jawab Ali sedih.
“Tunggu, di desa seberang? Apakah kamu mempunyai tanda lahir di pundakmu?” tanya mbok Minah penasaran.
“Ini.” ucap Ali menunjukkan tanda lahir di pundaknya.
“Tunggu sebentar.” ucap mbok Minah.
Ayu bingung dengan sikap mbok Minah seperti itu. Begitupun dengan Ali. Dia heran kenapa mbok Minah mengetahui tanda lahir yang ada di pundaknya, padahal sedari tadi tidak ada yang membahas mengenai tanda lahir. Tiba-tiba mbok Minah datang membawa sebuah kalung berbentuk setengah hati.
“Itu kalung milikku.” ucap Ali bingung.
“Tidak, ini kalung milikku. Apakah kamu memilikinya juga?” tanya mbok Minah bersemangat.
“Iya, aku memilikinya juga. Tunggu sebentar.” ucap Ali sambil mengobrak-abrik bawaannya untuk menemukan sesuatu.
“Ini dia.” ucap Ali senang.
“Anakku. Kamu benar-benar anakku? Kamu sudah sangat besar Nak.”
Mbok Minah menangis. Dia tidak sangggup lagi menampung air mata kebahagiannya. Dia tidak menyangka, semudah ini dia akan bertemu dengan anak kandungnya. Kini, Ali, anak kandungnya berada di hadapannya. Dengan sigap mbok Minah langsung memeluk Ali dengan erat. Begitupun dengan Ali. Dia membalas pelukan mbok Minah dengan erat pula. Mereka sama-sama bahagia telah berhasil menemukan orang yang mereka cintai.
Rencana yang begitu indah, fikir mbok Minah dan Ali. Tuhan telah membuat rencana yang sangat indah untuk mereka berdua. Peristiwa yang akan menjadi sejarah dan tak akan terlupakan oleh mereka.
“Bolehkah aku memanggilmu ibu?” tanya Ali hati-hati.
“Tentu saja Nak, ibu sangat bahagia bisa bertemu denganmu.” ucap mbok Minah sambil menghapus air mata di pipinya.
“Dimana ayah bu? Apakah dia masih hidup?” tanya Ali penasaran.
“Ibu tidak tahu dimana dia berada. Ibu juga tidak tahu apakah dia masih hidup atau sudah mati. Suatu saat ibu akan menceritakan semuanya.” ucap mbok Minah sambil tersenyum.
“Saya senang akhirnya mbok Minah menemukan anak yang selama ini mbok cari.” ucap Ayu menyadarkan Ali dan mbok Minah bahwa ada orang lain di situ.
“Jika aku adalah anak mbok Minah, berarti kamu adalah adikku?” tanya Ali.
“Bukan.” jawab Ayu sambil tersenyum.
“Tetapi bukankah mbok Minah ini juga ibumu?” tanya Ali bingung.
“Lebih tepatnya ibu angkat, karena mbok Minah telah menemukan saya di pinggir sungai dan menyelamatkan nyawa saya.” jawab Ayu. Terlintas di fikirannya sebuah peristiwa satu tahun lalu. Keinginan untuk mengingat semuanya semakin kuat.
“Ayu itu sebenarnya hilang ingatan. Sampai saat ini dia belum berhasil mengingat semuanya.” ucap mbok Minah menimpali.
“Saya harus pergi ke sungai mbok.” ucap Ayu sambil berlari.
“Ayu...” teriak mbok Minah memanggil Ayu yang semakin lama semakin menjauh dari gubuknya.
“Biar aku yang mengejar bu.” ucap Ali sambil mengejar Ayu.
“Hati-hati Nak.” ucap mbok Minah khawatir.
“Dasar kau bodoh. Untuk mengingat saja kamu tidak bisa. Bodoh, bodoh, bodoooohhhhh....” umpat Ayu pada dirinya sendiri.
“Jangan menyiksa dirimu seperti itu yu. Suatu saat nanti kamu juga akan mengingatnya.” ucap Ali menasehati.
“Sampai kapan? Sampai kapan saya harus begini? Sudah satu tahun saya mencoba mengingatnya, tetapi apa hasilnya? Hanya nama saja saya tak sanggup mengingatnya.” ucap Ayu sambil menangis.
“Sudahlah yu, jangan menangis seperti itu.” ucap Ali sambil menghapus air mata Ayu.
“Saya akan membantu kamu mengingat semuanya. Kamu tidak perlu takut. Saya akan selalu ada disamping kamu.” ucap Ali meyakinkan.
“Terimakasih Ali.” ucap Ayu sambil tersenyum.
“Aku mencintaimu, sejak awal kita bertemu.” ucap Ali tiba-tiba. Secara tiba-tiba sekujur tubuh Ayu meregang. Kakinya terasa lemas, mulutnya terasa kaku tidak bisa mengatakan apa-apa.
“Ayu, kamu kenapa? Apa ada yang salah dengan ucapanku?” tanya Ali khawatir.
“Ti... dak... saya... ha... nya... kaget... mendengar... uca... panmu...” jawab Ayu gugup.
“Hahaha...”
“Kenapa... ka... mu terta... wa seperti i... tu?” tanya Ayu heran.
“Kamu itu lucu sekali. Saya kan hanya berterus terang, kenapa kamu sampai kaget seperti itu? Apakah kamu juga mencintai saya?” tanya Ali menyelidik. Muka Ayu berubah seperti tomat. Pipinya merah merona. Ayu hanya bisa menunduk. Malu dengan ucapan Ali barusan.
“Benar tidak tebakan saya tadi?” tanya Ali sambil mengangkat dagu Ayu.
“Sa... ya... juga mencin... taimu.” jawab Ayu malu-malu.
“Sudah kutebak.”
Mereka tertawa hampir bersamaan. Senyum merekah di wajah keduanya. Kicauan burung bersahut-sahutan seakan-akan mengetahui isi hati mereka.

5
“Pengumuman. Saya mewakili Raja Abdullah akan memberitahukan bahwa barang siapa yang dapat menemukan Tuan Putri Lestari, jika perempuan beliau akan mengangkatnya sebagai anak dan jika laki-laki akan dinikahkan dengan putrinya. Apabila dia laki-laki sudah jelas dia akan menggantikan posisi Raja di kemudian hari.” kata pengawal kerajaan memberikan pengumuman.
“Tuan Putri Lestari? Siapa dia?” tanya Ali pada seseorang di sebelahnya.
“Dia adalah putri tunggal Raja Abdullah yang menghilang satu tahun yang lalu yang sampai saat ini belum diketahui keberadaannya.”
“Tuan Putri itu sangat cantik. Rambutnya panjang dan dia memiliki tahi lalat di bawah mata kanannya.” ucap seseorang menimpali.
“Tahi lalat di bawah mata kanannya? Bukankah Ayu juga memiliki tanda itu?” tanya Ali dalam hati.
“Baiklah saya harus segera pulang, terimakasih atas informasinya.” ucap Ali.
“Ibu, saya ingin berbicara sebentar.” ucap Ali lirih.
“Ada apa Ali? Kenapa kamu menarik ibu seperti ini?” tanya mbok Minah bingung.
“Apakah ibu telah mendengar kabar bahwa putri Raja Abdullah menghilang satu tahun yang lalu?” tanya Ali menyelidik.
“Iya, ibu sudah mendengar kabar itu. Memangnya kenapa li?” tanya mbok Minah bingung.
“Tadi saat aku menjual kayu bakar di pasar, Ali mendengar pengumuman dari para pengawal Raja Abdullah bahwa jika ada yang menemukan Tuan Putri Lestari jika perempuan beliau akan mengangkatnya sebagai anak dan jika laki-laki akan dinikahkan dengan putrinya. Apabila dia laki-laki sudah jelas dia akan menggantikan posisi Raja di kemudian hari.”
“Lalu apa hubungannya dengan ibu? Memangnya kamu tahu dimana Tuan Putri Lestari berada?” tanya mbok Minah.
“Tadi saya sempat bertanya kepada seseorang di pasar ciri-ciri dari Tuan Putri dan ternyata Tuan Putri memiliki tahi lalat di bawah mata kanannya. Bukankah Ayu memilikinya bu?”
“Bisa saja itu hanya kebetulan bukan?”
“Tetapi keyakinan saya kuat bu. Ayu adalah putri Raja Abdullah.” ucap Ali yakin.
“Saya akan melaporkannya pada Raja Abdullah.” lanjut Ali.
“Jangan tergesa-gesa. Kita buktikan terlebih dahulu. Ki...”
“Mbooookkkkkk....”
“Ayu?” teriak Ali dan mbok Minah bersamaan.
“Aaawwww....”
“Kamu tidak apa-apa?” tanya Ali khawatir.
“Memangnya aku kenapa?” tanya Ayu bingung.
“Tadi kamu kejatuhan kayu penyangga jerami, lalu kamu pingsan. Kamu tidak kenapa-kenapa kan Ayu?” tanya Ali khawatir.
“Ayu? Siapa dia? Kamu siapa?” tanya Ayu bingung.
“Ayu itu namamu. Aku Ali kekasihmu.”
“Kamu sudah sadar Nak?” tanya mbok Minah.
“Anda siapa?” tanya Ayu semakin bingung.
“Saya mbok Minah, kamu tidak mengingat saya?” tanya mbok Minah heran.
“Sepertinya ingatan kamu sudah pulih.” ucap Ali lemas.
“Memangnya saya pernah hilang ingatan?” tanya Ayu semakin heran.
“Satu tahun lalu, saat mbok Minah, ibuku menemukanmu di tepi sungai. Kamu ingat?” tanya Ali.
Ayu hanya menggeleng. Dia bingung. Dia dia tidak percaya kalau dia pernah hilang ingatan. Dia benar-benar tidak mengingat semuanya.
“Namamu siapa?” tanya Ali.
“Saya Tuan Putri Lestari, putri tunggal Raja Abdullah. Bisakah kamu mengantar saya pulang? Saya rindu pada ayahku.”
“Antarkan dia pulang Nak.” ucap mbok Minah.
“Baik bu.” ucap Ali.
“Mbok, terimakasih Anda sudah merawat saya selama ini. Walaupun saya tidak mengingatnya tetapi yang jelas saya yakin Anda orang yang baik. Maafkan saya telah merepotkanmu selama ini. Saya pamit pulang dulu mbok.” ucap Tuan Putri Lestari sambil mencium punggung tangan mbok Minah.
“Hati-hati iya Nak. Ali, jaga Tuan Putri Lestari baik-baik.” ucap mbok Minah.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Posting Komentar

Get Free Music at www.divine-music.info
Get Free Music at www.divine-music.info

Free Music at divine-music.info