hthtththth. Diberdayakan oleh Blogger.

Hanya Tinggal Kenangan #Part7


“A.. ku.. dimana?”
“Sha. Akhirnya kamu sadar juga. Aku dan mbok Inah cemas karena kamu gak sadar-sadar.”
“Teddy.. Teddy gimana?”
“Aku belum dapat kabar lagi dari keluarganya.”
“Antar aku ke rumah sakit lang.”
“Tapi kan kamu baru sadar dari pingsan.”
“Aku gak apa-apa lang. Kamu mau antar aku atau gak? Kalau gak aku bisa pergi sendiri!”
“Iya iya aku antar kamu.”
“Mbok aku sama Tisha pergi dulu ya.”
“Hati-hati den Elang dan non Tisha.”
“Makasih mbok.”

***

“Tante, gimana keadaan Teddy?”
“Masih kritis sha.”
Air mata kembali menetes di pipi. Entah sudah berapa banyak air mata yang aku keluarkan hari ini. Aku menangis di pundak Elang. Dia mencoba menenangkan ku. Dia gak ingin aku pingsan seperti tadi. Elang sangat mengkhawatirkan keadaan emosional ku sekarang.
“Tisha, ini kado dari Teddy untuk kamu.”
Tante Marlina, mama Teddy memberikan sebuah kotak persegi berwarna biru, sesuai dengan warna kesukaan ku. Teddy memang sangat mengerti selera ku. Aku buka kotak itu perlahan. Isi kotak itu kembali mengingatkan ku pada kejadian 10 tahun lalu. Pesawat-pesawatan yang aku dan Teddy buat, gelang-gelangan untuk Teddy yang aku buatkan dari rotan, dan sebuah foto kenangan kita berdua. Ada secarik kertas. Aku buka perlahan kertas itu dan aku mulai membacanya.
Tisha, surat ini aku buat dari seorang sahabat untuk sahabat yang dia cintai. Bagi ku kamu bukan hanya sahabat sejati, tapi kamu belahan jiwa ku. Aku tau tidak sepantasnya aku mengatakan ini padamu. Aku bukanlah siapa-siapa yang patut kamu cintai.
Aku bahagia mendengar kamu telah bersama Elang. Aku tau dia laki-laki yang baik. Maafkan aku kalau selama ini aku melarangmu berdekatan dengan dia. Sebenarnya aku cemburu. Iya, aku cemburu melihatmu sedekat itu dengannya. Kita memang dekat. Tapi aku lihat ada perbedaan di sana. Saat kamu di samping ku, kamu hanya bisa tersenyum. Tetapi saat kamu bersama Elang kamu bisa tertawa puas tanpa ada beban sedikit pun.
Tatapan mata mu juga tidak bisa menipu ku sha. Ada binar-binar cinta di sana untuk Elang. Iya, hanya untuk Elang. Bukan untuk aku. Aku sadar rasa sayang mu pada ku hanya sebagai seorang sahabat dan ku rasa tidak bisa lebih. Tapi tak apa sha. Hanya menjadi sahabat mu saja aku sudah senang. Aku tak perlu hati mu yang mencintai aku, aku hanya perlu kamu selalu di samping ku menjadi sahabat ku.
Sha, semenjak kejadian kemarin di danau itu, aku sadar aku terlalu kasar sama kamu akhir-akhir ini dan puncaknya kemarin saat aku tau kamu memang telah bersamanya kini. Tapi kini aku sadar, mencintai tidak harus memiliki. Hanya melihat mu bahagia dengan orang yang kamu cintai, aku sudah bahagia sha. Jangan pedulikan aku. Dengarkan kata hatimu.

-   Teddy    -

***

Aku tidak kuat lagi membendung tampungan air mata ku setelah membaca surat dari Teddy. Aku menangis sejadi-jadinya. Begitu dalam rasa sayang Teddy pada ku, tapi aku tidak menyadari itu. Betapa bodohnya aku. Kenapa aku gak bisa peka dengan keadaan sekitar ku? Bahkan perasaan sahabat ku sendiri.
Tiba-tiba pintu kamar Teddy terbuka. Dokter ke luar dengan wajah murung membuat ku semakin gundah.
“Dimana keluarga pasien Teddy?”
“Saya mamanya dok? Bagaimana keadaan Teddy?”
“Maaf bu, kami sudah berusaha. Tapi Tuhan berkehendak lain.”
Tante Marlina pingsan gak sanggup mendengar kenyataan yang ada. Begitu pun dengan ku. Lutut ku terasa sangat lemas. Aku terjatuh. Elang mencoba menenangkan ku. Dia memeluk ku erat dan memberikan dadanya untuk aku menangis. Aku gak bisa menerima kenyataan ini sama halnya dengan tante Marlina. Aku belum siap harus kehilangan sahabat seperti Teddy.

   /

Air mata mengantar kan kepergian Teddy. Semua orang yang menghadiri pemakaman Teddy pasti merasa kehilangan dia. Sosok yang baik hati, penyayang, dan siap membantu siapa pun yang sedang kesusahan. Tidak pandang bulu.
Tante Marlina terlihat lebih tegar. Tetapi tidak dengan Angel, adik semata wayang Teddy. Dia terlihat begitu kehilangan. Angel dan Teddy memang saudara kandung yang sangat dekat, bahkan terkadang aku iri melihat kedekatan mereka.
Tante Marlina menghampiri ku. Beliau membawa sebuah bungkusan yang dibungkus dengan kertas kado mickey mouse, tokoh kartun kesukaan ku. Beliau menyerahkan bungkusan itu pada ku.
“Ini untuk kamu dari Teddy sha. Sebenarnya ini sudah lama pengen dia kasih ke kamu, tetapi dia menunggu saat yang tepat. Sayangnya saat itu sudah tidak ada lagi.” Ucap Tante Marlina sambil berlinang air mata.
Satu demi satu orang silih berganti meninggalkan pemakaman, termasuk keluarga Teddy, tante Marlina, om Alex, dan Angel serta Elang. Kini hanya aku, makam Teddy, dan bungkusan kecil di tangan ku. Dengan perlahan  aku buka bungkusan itu. Sedikit demi sedikit isi bungkusan itu dapat terlihat. Sepertinya aku mengenal benda itu. Sebuah kaset. Iya, kaset westlife yang tempo hari di janjikan oleh Teddy. Ada secarik kertas yang tertempel di cover kaset tersebut.
“Tisha, aku akan selalu berada di hatimu. Walaupun semua hanya tinggal kenangan. Dan biarlah menjadi kenangan manis untuk kita berdua”

***

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Posting Komentar

Get Free Music at www.divine-music.info
Get Free Music at www.divine-music.info

Free Music at divine-music.info