“Dasar gembul hahaha”
“Kalian jahat.. huhuhu”
“Hey kalian, jangan
ganggu dia. Ayo cepat pergi sana. Jangan beraninya sama perempuan dong.”
“Kamu gak
kenapa-kenapa? Udah jangan nangis lagi, mereka udah pergi kok.”
“Makasih ya kamu udah
nolongin aku.”
“Sama-sama. Oh ya nama
kamu siapa?”
“Aku Tisha, kamu?”
“Panggil aja aku
Teddy.”
Kejadian itu terulang
lagi dalam ingatan ku. Saat anak-anak nakal itu mencelaku karena tubuh ku yang
gendut. Karena kejadian itulah aku bertemu dengan Teddy. Anak laki-laki
berkulit putih yang baik hati. Dan sejak kejadian itu juga aku dan Teddy
bersahabat hingga sekarang.
Teddy adalah sahabat gw
yang paling baik. Dia selalu jagain gw dari siapapun yang berani gangguin gw.
Dan cuma dia yang paling mengerti gw.
“Sayang, Teddy udah
jemput tuh.”
Sontak aku terkaget
mendengar teriakan mama dari balik pintu. Hampir aja jantungku ini copot.
Bergegas aku merapikan foto kenanganku bersama Teddy dan berlari ke arah pintu
kamar ku menemui mama yang sudah menanti kehadiran ku di sana.
“Iya ma, aku udah siap
kok.”
“Yaudah kamu temuin
Teddy sana di bawah.”
“Siap ma.” Jawab aku
sambil bersikap hormat.
Hari ini aku ada janji
sama Teddy mau mengantarkan dia pergi ke toko buku. Dia itu emang kutu buku
banget. Sampai-sampai kalo udah baca buku, dia lupa sama keadaan sekitarnya. Di
kamar dia aja ada satu lemari yang khusus untuk meletakkan buku-buku yang dia
punya. Beda banget sama aku. Kayaknya buku yang aku baca bisa dihitung dengan
jari.
***
“Udah ketemu
belum bukunya?”
Muka ku pasti
terlihat bete banget. Gimana gak? Udah hampir dua jam aku nemenin Teddy
keliling-keliling toko buku ini. Kayaknya penjaga toko bukunya udah hafal sama
kita berdua.
“Belum nih.”
“Kenapa muka
kamu, jelek banget.” Ledek Teddy sambil tersenyum.
“Gak usah ngeledek
deh, capek tau nemenin kamu nyari buku dari tadi gak ketemu-ketemu.”
“Jangan ngambek
dong. Nanti aku traktir es krim deh.”
“Janji ya. Awas
bohong.”
“Janji.” Ucap
Teddy sambil sibuk memilah-milah buku yang ada di rak.
Karena bosan
menunggu Teddy yang sepertinya tidak menunjukkan tanda-tanda akan beranjak dari
posisinya, akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke toko musik yang ada disebelah
toko buku. Nyaman rasanya berada di tempat ini, dibandingkan berkutat dengan
buku-buku seperti Teddy.
Lagu Bruno Mars – Just the Way You are
mengalun indah di ruangan kecil ini. Sambil asik bergumam, aku melihat-lihat
koleksi musik yang ada di toko ini. Dan aku melihat setumpuk kolesi band
kesukaanku, westlife. Dengan gesit
aku menyambar kaset tersebut. Tetapi dari arah depanku seorang laki-laki
berambut ikal dengan cepat merebut kaset yang ada di genggaman ku.
“Eh itu kan gw
duluan yang ngambil. Jangan curang dong.” Maki aku dengan kesal. Pasti muka ku
sudah merah karena geram melihat laki-laki sok ganteng di hadapanku ini.
Bukannya minta
maaf, dia malah ngeloyor pergi sambil membawa kaset yang dia rebut dari
tanganku. Dengan segera aku berlari berusaha mengejar dia. Tapi memang sial.
Aku menabrak satu rak yang berisi kaset, entah band apa itu aku tidak mengerti.
Terpaksa aku menghentikan langkah panjang ku dan merapikan kaset yang
berserakan di lantai karena salah ku.
“Kamu ngapain
sha?”
“Teddy?
Gara-gara cowo ngeselin itu tuh aku jadi nabrak rak ini.”
“Sini aku
bantuin.” Ucap Teddy sambil membantu aku meletakkan rak itu pada posisi semula.
“Ceritanya nanti
aja ya, makan yuk aku lapar nih.” Ajak Teddy sambil menarik lengan ku. Karena
udah lelah, aku pasrah saja ditarik seperti sama Teddy. Seperti biasa, Teddy
membawa ku ke tempat bakso langganannya. Bakso di sini memang terkenal enak dan
dijamin murahnya.
“Kamu mau pesan
apa sha?”
“Ehm.. aku
pesan.. kaset...”
“Hah? Kaset?
Kamu ngomong apa sih sha?”
“Itu cowo
ngeselin yang aku bilang Ted. Dia ngambil kaset yang mau aku beli. Aku mau
nyamperin dia.” Aku sudah bergegas berdiri ingin memberikan pelajaran pada cowo
gak tau diri itu. Tapi dengan sigap Teddy menahan ku dan menyuruh ku duduk di
tempat ku semula.
“Udah deh sha,
nanti kan kita bisa beli kasetnya lagi.”
“Tapi Ted, kaset
itu udah lama banget pengen aku beli dan di tempat itu cuma ada satu kaset.”
Rengek ku seperti anak kecil.
“Nanti aku
belikan.” Jawab Teddy enteng.
“Pak, pesan
baksonya 2 dan es teh manis 2 ya. Makasih.”
“Benar kamu akan
membelikannya untuk ku?”
“Iya. Udah diem
aja, kita makan dulu.”
Selama makan senyum
selalu menghiasi wajah ku. Bukan karena baksonya yang enak, tetapi karena Teddy
berjanji akan membelikan kaset band kesukaaan ku yang udah lama banget aku
pengen.
“Jangan
senyum-senyum terus, habiskan dulu makanannya kalau tidak nanti aku tidak jadi
membelikan kaset itu untukmu.”
Mendengar ucapan
Teddy barusan, aku langsung cepat-cepat menghabiskan makanan ku. Dan dalam
sekejap mangkok bakso yang ada dihadapan ku pun ludes tidak bersisa satu pun.
Setelah Teddy membayar makanan kita, kita langsung bergegas mencari kaset yang
aku inginkan. Udah lima toko kaset yang kita datangi tetapi kaset yang kita
cari tidak ketemu juga. Dengan wajah bete dan capek aku pun duduk di pinggiran
toko sambil bertopang dagu. Teddy yang kasihan melihat ku seperti itu, mengajak
ku pulang dan dia berjanji akan tetap mencarikan kaset itu untuk ku. Dia memang
sahabat yang paling baik.
*** .
0 comments:
Posting Komentar