hthtththth. Diberdayakan oleh Blogger.

Hanya Tinggal Kenangan #Part4


Kurang dari dua minggu umur ku genap 17 tahun. Aku membuat acara kecil-kecilan di rumah untuk merayakan my sweet seventeen yang hanya terjadi satu kali dalam hidupku. Kata orang, di umur 17 tahun adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa remaja.
Kartu undangan untuk teman-teman sudah semuanya dibagikan. Termasuk Elang, ya Elang. Sejak pertemuan ku dengannya tempo hari di bandara, aku jadi berteman baik dengan dia. Ternyata Ealng tidak seperti yang aku bayangkan. Dia orangnya asyik dan mudah bergaul. Kebetulan banyak sekali kesamaan antara kita. Dari mulai musik hingga hal-hal kecil seperti kartun.
Entah kenapa aku mulai merasa nyaman dengan dia. Aku harap dia pun merasakan hal yang sama. Sepertinya aku mulai suka dengannya dan mulai menaruh harapan yang cukup besar.
Tetapi, Teddy tidak suka melihat kedekatan ku dengan Elang. Entah apa alasannya. Hingga saat ini dia masih merahasiakannya. Dan sejak aku dekat dengan Elang, Teddy seakan-akan menghindar dari ku. Setiap aku berusaha untuk mengajaknya ngobrol, dia selalu punya satu ribu alasan untuk menolak berbicara dengan ku terutama segala hal tentang Elang. Bahkan, di kelas dia tidak mau lagi duduk di sebelah ku. Kini Elang lah yang mengisi bangku milik Teddy.
Sekarang Teddy sedang asyik membaca buku favoritnya di pojok kelas. Sepertinya tidak ada tanda-tanda dia akan bergeming dari posisinya. Dengan sangat hati-hati aku mencoba mendekatinya. Berupaya untuk melunakkan hati Teddy saat ini.
“Boleh gak aku duduk di sini?”
Tidak ada jawaban, hanya anggukan kepala yang Teddy lakukan. Bahkan tatapan matanya tidak berpaling sedikit pun. Dia terus menatap barisan tulisan di buku yang dia genggam. Entah karena dia sedang asyik membaca buku itu atau dia malas menatap ku.
“Kamu marah sama aku?”
Jawaban yang sama. Dia hanya menggelengkan kepalanya beberapa kali dan sepertinya tidak ada niat untuk menjawab pertanyaan ku dengan gerakan yang berbeda. Karena kesal melihat sikap Teddy yang keras kepala, dengan cepat aku rebut buku yang ada di genggamannya dan aku lempar ke depan kelas.
“Kamu apa-apaan sih?”
Teddy membentak ku sangat keras. Padahal dia tidak pernah membentak ku seperti itu, berbicara kasar aja dia tidak pernah. Karena kaget dengan bentakan Teddy, semua mata siswa yang ada di kelas ini tertuju pada aku dan Teddy. Risih juga dengan tatapan ingin tau mereka.
Belum sempat aku menjawab pertanyaan Teddy, dengan cepat dari beranjak dari tempat duduknya dan melangkah cepat ke depan kelas, mengambil buku yang tadi aku lempar kemudian berlari ke luar kelas. Gerah dengan tatapan teman-teman ku, aku pergi ke luar kelas menyusul Teddy. Tapi aku kehilangan jejak. Dia berlari begitu cepat. Untung aku tau tempat dimana aku bisa menemukan Teddy yang sedang gundah seperti itu. dengan cepat aku berputar balik menuju tempat Teddy biasa merenung. Dan benar saja, aku menemukan sesosok laki-laki berkacamata dengan bukunya duduk di bangku panjang taman sekolah.
“Teddy, aku mau ngomong sama kamu.”
“Ngapain kamu ke sini?”
“Harusnya aku yang nanya kamu. Kamu itu kenapa sih ngediemin dan ngehindarin aku kayak gini? Gak enak tau di diemin kayak gini.”
“Aku gak bisa jawab sekarang.”
“Kenapa? Apa susahnya kamu kan tinggal bilang apa alasannya. Apa ada yang salah dengan ku? Apa karena aku dekat dengan Elang? Kenapa Ted? Kenapa?”
“Aku sudah bilang aku tidak bisa menjawabnya sekarang!” Suara Teddy kembali meninggi.
“Baiklah kalau begitu kapan kamu bisa menjawab pertanyaan aku itu?”
“Satu hari sebelum ulang tahun kamu, aku tunggu kamu di tempat pertama kali kita ketemu jam 8 tepat gak pake telat.”
Dengan tegas Teddy mengucapkan kalimat tersebut. untuk apa harus di sana dia menjawab pertanyaan ku? kenapa tidak di sini dan sekarang aja dia menjelaskan semuanya. Ya sudahlah aku tidak mau memperpanjang ini semua.
“Aku akan datang.”
“Aku tunggu.”

***

“Hey sha, aku nyariin kamu juga dari tadi.”
“Eh kamu lang, aku kira siapa. Emang kenapa kamu nyariin aku?”
“Aku butuh bantuan kamu nih. Kamu mau bantuin aku kan?”
“Kalau aku bisa bantu, pasti aku bantu. Emang aku mau minta bantuan apa?”
“Sebelum hari ulang tahun kamu, aku mau nunjukkin sesuatu sama kamu. Kamu pasti suka deh. Anggap aja itu hadiah ulang tahun buat kamu.”
“Emang mau kemana sih?”
“Ada deh pokoknya, kamu harus ikut ya ya ya.”
“Iya deh aku ikut, kamu jemput aku jam berapa?”
“Aku jemput kamu jam 5.”
Ya ampun bukannya aku ada janji jam 8 dengan Teddy di hari yang sama? Kenapa pake acara lupa sih? Tapi aku juga udah terlanjur janji sama Elang, gak enak ngebatalinnya.
“Kenapa sha? Udah ada janji ya?”
“Eh gak kok, tapi ga sampe malam kan? Sebentar aja.”
“Iya sebentar kok.”

***

Gak terasa hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, berlalu begitu cepat. Jam 12 nanti malam, aku genap berumur 17 tahun. Semua persiapan udah 99%. Hanya perlu sedikit tambahan beberapa hiasan di kolam renang dan sedang di kerjakan oleh mbok Inah.
Jam sudah menunjukkan pukul 5 tepat. Aku udah rapi dengan celana jeans dan t-shirt serta sepatu kets. Aku duduk di teras rumah sambil mengunggu kedatangan Elang. Gak lama kemudian terdengar suara klakson motor dari depan gerbang dan itu adalah Elang. Dengan setengah berlari aku menghampirinya.
“Maaf ya agak telat. Macet soalnya.”
“Gak apa-apa kok lang. Ayo jalan.”
“Aku jamin kamu pasti suka sama kejutan aku ini.”
“Kita lihat aja nanti.”

***

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Posting Komentar

Get Free Music at www.divine-music.info
Get Free Music at www.divine-music.info

Free Music at divine-music.info