Kurang dari dua
minggu umur ku genap 17 tahun. Aku membuat acara kecil-kecilan di rumah untuk
merayakan my sweet seventeen yang
hanya terjadi satu kali dalam hidupku. Kata orang, di umur 17 tahun adalah masa
peralihan dari masa kanak-kanak ke masa remaja.
Kartu undangan
untuk teman-teman sudah semuanya dibagikan. Termasuk Elang, ya Elang. Sejak
pertemuan ku dengannya tempo hari di bandara, aku jadi berteman baik dengan
dia. Ternyata Ealng tidak seperti yang aku bayangkan. Dia orangnya asyik dan
mudah bergaul. Kebetulan banyak sekali kesamaan antara kita. Dari mulai musik
hingga hal-hal kecil seperti kartun.
Entah kenapa aku
mulai merasa nyaman dengan dia. Aku harap dia pun merasakan hal yang sama.
Sepertinya aku mulai suka dengannya dan mulai menaruh harapan yang cukup besar.
Tetapi, Teddy
tidak suka melihat kedekatan ku dengan Elang. Entah apa alasannya. Hingga saat
ini dia masih merahasiakannya. Dan sejak aku dekat dengan Elang, Teddy
seakan-akan menghindar dari ku. Setiap aku berusaha untuk mengajaknya ngobrol,
dia selalu punya satu ribu alasan untuk menolak berbicara dengan ku terutama
segala hal tentang Elang. Bahkan, di kelas dia tidak mau lagi duduk di sebelah ku.
Kini Elang lah yang mengisi bangku milik Teddy.
Sekarang Teddy
sedang asyik membaca buku favoritnya di pojok kelas. Sepertinya tidak ada
tanda-tanda dia akan bergeming dari posisinya. Dengan sangat hati-hati aku
mencoba mendekatinya. Berupaya untuk melunakkan hati Teddy saat ini.
“Boleh gak aku
duduk di sini?”
Tidak ada
jawaban, hanya anggukan kepala yang Teddy lakukan. Bahkan tatapan matanya tidak
berpaling sedikit pun. Dia terus menatap barisan tulisan di buku yang dia
genggam. Entah karena dia sedang asyik membaca buku itu atau dia malas menatap
ku.
“Kamu marah sama
aku?”
Jawaban yang
sama. Dia hanya menggelengkan kepalanya beberapa kali dan sepertinya tidak ada
niat untuk menjawab pertanyaan ku dengan gerakan yang berbeda. Karena kesal
melihat sikap Teddy yang keras kepala, dengan cepat aku rebut buku yang ada di
genggamannya dan aku lempar ke depan kelas.
“Kamu apa-apaan
sih?”
Teddy membentak
ku sangat keras. Padahal dia tidak pernah membentak ku seperti itu, berbicara
kasar aja dia tidak pernah. Karena kaget dengan bentakan Teddy, semua mata
siswa yang ada di kelas ini tertuju pada aku dan Teddy. Risih juga dengan
tatapan ingin tau mereka.
Belum sempat aku
menjawab pertanyaan Teddy, dengan cepat dari beranjak dari tempat duduknya dan
melangkah cepat ke depan kelas, mengambil buku yang tadi aku lempar kemudian
berlari ke luar kelas. Gerah dengan tatapan teman-teman ku, aku pergi ke luar
kelas menyusul Teddy. Tapi aku kehilangan jejak. Dia berlari begitu cepat.
Untung aku tau tempat dimana aku bisa menemukan Teddy yang sedang gundah
seperti itu. dengan cepat aku berputar balik menuju tempat Teddy biasa
merenung. Dan benar saja, aku menemukan sesosok laki-laki berkacamata dengan
bukunya duduk di bangku panjang taman sekolah.
“Teddy, aku mau
ngomong sama kamu.”
“Ngapain kamu ke
sini?”
“Harusnya aku
yang nanya kamu. Kamu itu kenapa sih ngediemin dan ngehindarin aku kayak gini?
Gak enak tau di diemin kayak gini.”
“Aku gak bisa
jawab sekarang.”
“Kenapa? Apa
susahnya kamu kan tinggal bilang apa alasannya. Apa ada yang salah dengan ku?
Apa karena aku dekat dengan Elang? Kenapa Ted? Kenapa?”
“Aku sudah
bilang aku tidak bisa menjawabnya sekarang!” Suara Teddy kembali meninggi.
“Baiklah kalau
begitu kapan kamu bisa menjawab pertanyaan aku itu?”
“Satu hari
sebelum ulang tahun kamu, aku tunggu kamu di tempat pertama kali kita ketemu
jam 8 tepat gak pake telat.”
Dengan tegas
Teddy mengucapkan kalimat tersebut. untuk apa harus di sana dia menjawab
pertanyaan ku? kenapa tidak di sini dan sekarang aja dia menjelaskan semuanya.
Ya sudahlah aku tidak mau memperpanjang ini semua.
“Aku akan
datang.”
“Aku tunggu.”
***
“Hey sha, aku
nyariin kamu juga dari tadi.”
“Eh kamu lang,
aku kira siapa. Emang kenapa kamu nyariin aku?”
“Aku butuh
bantuan kamu nih. Kamu mau bantuin aku kan?”
“Kalau aku bisa
bantu, pasti aku bantu. Emang aku mau minta bantuan apa?”
“Sebelum hari
ulang tahun kamu, aku mau nunjukkin sesuatu sama kamu. Kamu pasti suka deh.
Anggap aja itu hadiah ulang tahun buat kamu.”
“Emang mau
kemana sih?”
“Ada deh
pokoknya, kamu harus ikut ya ya ya.”
“Iya deh aku
ikut, kamu jemput aku jam berapa?”
“Aku jemput kamu
jam 5.”
Ya ampun
bukannya aku ada janji jam 8 dengan Teddy di hari yang sama? Kenapa pake acara
lupa sih? Tapi aku juga udah terlanjur janji sama Elang, gak enak ngebatalinnya.
“Kenapa sha?
Udah ada janji ya?”
“Eh gak kok,
tapi ga sampe malam kan? Sebentar aja.”
“Iya sebentar
kok.”
***
Gak terasa hari
demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, berlalu begitu cepat. Jam 12
nanti malam, aku genap berumur 17 tahun. Semua persiapan udah 99%. Hanya perlu
sedikit tambahan beberapa hiasan di kolam renang dan sedang di kerjakan oleh mbok
Inah.
Jam sudah
menunjukkan pukul 5 tepat. Aku udah rapi dengan celana jeans dan t-shirt serta
sepatu kets. Aku duduk di teras rumah sambil mengunggu kedatangan Elang. Gak
lama kemudian terdengar suara klakson motor dari depan gerbang dan itu adalah
Elang. Dengan setengah berlari aku menghampirinya.
“Maaf ya agak
telat. Macet soalnya.”
“Gak apa-apa kok
lang. Ayo jalan.”
“Aku jamin kamu
pasti suka sama kejutan aku ini.”
“Kita lihat aja
nanti.”
***
0 comments:
Posting Komentar