“Jangan buka
mata dulu ya.”
“Kita mau kemana
sih lang?”
“Udah kamu
tenang aja. Awas pelan-pelan jalannya. Nah sekarang kita udah sampe. Kamu boleh
buka mata, 1, 2, 3.”
“Waw, Elang. Ini
keren banget.”
Elang membawa ku
ke atas bukit yang sangat indah. Bulan dan bintang menambah keindahan alam
semesta ciptaan Tuhan yang maha pencipta. Dari atas sini terlihat gemerlap
lampu perumahan di kota-kota besar. Sungguh sebuah pemandangan yang menyejukkan
mata.
“Sha, coba deh
kamu lihat ke belakang kamu.”
Lampu-lampu
berkilau membentuk huruf I-L-O-V-E-Y-O-U. Sebuah ukiran yang sangat indah. Ini
adalah hari yang gak akan pernah aku lupakan. Tiba-tiba Elang menggenggam
tangan ku dan berlutut di hadapanku. Seketika jantung ku berdetak cepat. Muka
ku terasa panas karena tersipu malu.
“Aku sayang sama
kamu sha. Maaf kalau pertemuan pertama kita udah buat kamu kesal. Sebenarnya
itu hanya taktik aku aja supaya bisa deket sama kamu. Saat kamu masuk ke toko
musik itu, aku udah merhatiin kamu. Mata ku gak bisa berpaling dari wajah kamu.
Cantik dan manis. Ini semua aku persembahin buat kamu sebagai kado kecil ulang
tahun kamu sha. Di ulang tahun kamu yang 17 tahun ini, aku mau membuat suatu
kejadiann yang gak akan pernah kamu lupain sampai kapan pun.”
Deg, ucapan
Elang ngena banget di hati aku. Aku merasa sangat senang mendengar ucapan itu.
Dan sepertinya aku punya perasaan yang sama dengan Elang.
“Jadi gimana
sha?”
“Ehm.. aku...”
Tiba-tiba Elang
berdiri dan berjalan ke arah ku. Dengan perlahan dia mendekatkan wajahnya ke
arah wajah ku. Kini jarak wajah kita hanya berjarak sekitar 1 cm. Jantung ku
berdetak lebih cepat lagi dari sebelumnya. Wajah ku kembali memanas, pasti
wajah ku merah sekali seperti kepiting rebus karena grogi dengan tingkah Elang.
“Hahahahahaha.”
“Kok kamu malah
ketawa sih lang? Kamu cuma mempermainkan aku ya? Jahat banget sih.”
“Eh eh tunggu
sha. Aku serius kok sama semua ucapan ku tadi, aku ketawa itu karena lihat muka
kamu yang merah kayak kepiting rebus. Mana deg-degannya kenceng banget lagi,
sampai-sampai aku bisa denger detak jantung kamu hahahaha.”
“Iiiiihhhhh......”
“Aduuhhh,
saakkiiitt sha. Kok kamu nyubit aku sih?”
“Abisnya kamu
malah ngeledekkin aku sih.”
“Jangan cemberut
gitu dong sha. Maafin aku ya. Jadi gimana jawabannya? Kamu mau gak jadi
pelengkap hidup ku?”
“Ehm.. aku.. aku... ehm maaf lang.”
“Iya gak apa-apa
kok, aku gak bisa maksa kalo kamu emang gak suka sama aku.” Jawab Elang pasrah.
“Aku belum
selesai ngomong kali. Dengerin dulu makanya. Aku minta maaf karena aku gak bisa
jadi pelengkap hidup kamu, tapi aku mau jadi penyempurna hari-hari kamu lang.”
“Iiihhh... dasar
jelek.”
“Aduuhhh sakit
tau hidung ku.”
“Hahahahaha”
Bintang
bermunculan lagi menambah indah suasana malam ini. Malam ini benar-benar
menjadi malam yang tidak akan pernah aku lupakan. Aku dan Elang kini menjadi
sepasang kekasih yang sangat bahagia.
Semakin malam
udara di bukit ini semakin dingin. Dengan gentleman, Elang melepas jaket yang
dia kenakan dan dia berikan kepada ku. Dia menggosok-gosokkan kedua telapak
tangannya dan menempelkannya ke pipi dan telapak tangan ku. Setidaknya bisa
mengurangi rasa dingin yang mendera tubuh ku.
Tiba-tiba hati
ku terasa sangat gelisah. Sepertinya aku melupakan sesuatu. Ya ampun. Aku baru
ingat kalau aku punya janji dengan Teddy. Dengan perlahan-lahan aku
mengatakannya pada Elang.
“Oh ya lang, aku
lupa. Aku punya janji sama Teddy hari ini. Dan kayaknya aku udah telat. Bisa
gak kalau kita pulang sekarang?”
“Bisa dong
sayang.” Jawab Elang lembut sambil mengelus rambut ku.
***
0 comments:
Posting Komentar