9
“Din, bangun.
Kita udah sampai nih.”
Sepanjang
perjalanan aku tertidur pulas. Rasa kantuk mendera ku begitu kuat,
sampai-sampai aku tak kuasa untuk tidak tidur.
“Kita dimana nih
Lang? Kok tempatnya gelap banget. Kamu gak ada niat jahat kan sama aku?”
“Dinda, Dinda,
kamu tuh lucu banget sih. Iya gak ada lah, aku kan udah janji sama kamu buat
nunjukkin sesuatu. Tapi gak sekarang, sebentar lagi ya.”
“Kenapa gak
sekarang? Ini udah malem loh Lang, udah hampir jam 12.”
“Sabar dong Din,
sebentaaaarrr aja. Tunggu ya. Udaranya makin dingin nih, kamu pake jaket aku
ya.”
Dengan gentle
Elang melepas jaket yang dia kenakan dan meletakkannya di pundak ku. Layaknya
seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Belum pernah aku diperlakukan oleh laki-laki
seperti ini, selain Aldi. Oh ya, Aldi kemana ya? Kenapa dia menghilang begitu
cepat? Apa aku punya salah sama dia, hingga dia gak mau ketemu sama aku lagi?
“Din...”
Teguran Elang
membuat aku tersadar dari lamunanku.
“Eh iya Lang,
kenapa?”
“Kok bengong
sih? Sekarang udah saatnya kamu lihat yang mau aku tunjukkin ke kamu.”
“Serius? Dimana?
Aku udah gak sabar nih.”
“Sekarang tutup
dulu mata kamu, jangan buka mata sebelum aku pinta. Apapun yang terjadi.
Janji?”
“Oke aku tutup
mata.”
Elang merangkul
ku. Dia membantu ku berjalan. Entah mau dibawa kemana, karena mataku tertutup
jadi tidak bisa melihat apa-apa.
“Sekarang kamu
boleh buka mata. Tapi perlahan ya jangan buru-buru.”
Aku membuka mata
perlahan. Samar-samar terlihat langit yang bertaburan dengan bintang yang
memancarkan sinarnya. Tiba-tiba percikan kembang api bersahut-sahutan menambah
indah pemandangan malam ini. Elang meminta ku membalikkan badan. Lilin-lilin
kecil membentuk tulisan “Happy Birthday to Dinda”. Diukir dengan sangat indah.
Astaga hari ini
adalah hari ulang tahun ku. Karena terlalu sibuk, aku sampai lupa. Dan Elang
adalah orang pertama yang mengucapkan itu padaku. Tiba-tiba Elang bersimpuh di
hadapanku dan menggenggam tanganku. Beberapa detik, aku dan Elang hanya
bertatapan satu sama lain.
“Din, aku punya
satu kejutan lagi buat kamu.”
“Apa Lang?”
tanya ku gugup.
“Kamu lihat ke
langit.”
Sebuah kembang
api meluncur begitu cepat ke langit. Membentuk sebuah kalimat yang membuat aku
terpaku di tempat. Bahkan sulit untuk membacanya.
“Sepuluh tahun
yang lalu ada seorang anak perempuan yang sedang bermain di sungai. Tiba-tiba
dia terpeleset dan hampir saja hanyut di bawa derasnya air sungai. Tapi ada
seorang anak laki-laki berambut ikal yang menolongnya. Dia berusaha
menyelamatkan nyawa anak perempuan itu.” ucap Elang.
“Dan anak
laki-laki itu berhasil. Namun anak perempuan itu pingsan tak sadarkan diri.”
ucap ku menambahkan.
“Anak laki-laki
itu sangat panik melihat keadaan anak perempuan itu. Anak laki-laki itu
melakukan apapun untuk membuat anak perempuan itu sadar.” Elang melanjutkan.
“Dan lagi-lagi
anak laki-laki itu berhasil. Anak perempuan itu tersadar. Kemudian anak
perempuan itu memeluk anak laki-laki itu karena ketakutan.” lanjutku.
“Dan anak
laki-laki itu berjanji akan menjaga anak perempuan itu sampai kapan pun, walau
harus mengorbankan nyawanya sekalipun. Karena anak laki-laki itu sangat
mencintai anak perempuan itu.”
“Sampai
sekarang?”
“Iya, bahkan
sampai maut memisahkan. Din, maukah kamu jadi pendamping hidupku?”
“Gak, gak ada alasan
buat bilang tidak.”
Sejak malam itu
aku dan Elang resmi berpacaran. Ini adalah kado terindah di ulang tahun ku kali
ini. Walaupun aku gak bisa ngerayain hari ulang tahun ku ini bersama mama,
ayah, dan kak Lisa, tapi aku seneng banget bisa dapet kejutan yang tak
terlupakan dari Elang.
“Makasih ya,
udah nganterin aku pulang.”
“Sama-sama Din,
aku pulang dulu ya. Kamu langsung tidur ya, istirahat.”
“Iya kamu juga
hati-hati di jalan. Kabarin aku kalau udah sampai rumah. Daaahhhh...”
“Daahhh...”
Setelah Elang
meluncur dan menghilang di tikungan komplek, aku masuk ke kamar kost dengan
hati-hati. Takut ada orang lain yang melihat. Sampai di kamar aku langsung
menyalakan lampu.
“Haaaaaaaaaaaaa...”
Aku berteriak
ketakutan. Aku melihat seseorang di kamar ku.
“Sssstttt jangan
teriak-teriak Din, nanti pada bangun lagi. Gw Aldi tau”
“Aldi? Ngapain
sih lu di sini? Pake acara ngagetin gw lagi.”
“Harusnya gw
yang nanya sama lu. Kenapa jam segini baru pulang? Kamu tau gak ini jam
berapa?”
“Ehm.. tadi..
gw.... Ih bukan urusan lu kali. Lu belakangan ini kemana sih? Kayaknya lu
menghindar dari gw. Oh ya gw mau cerita sesuatu sama lu.”
“Apa?” tanya
Aldi jutek.
“Gw... baru
aja... jadian sama Elang.” jawab gw penuh antusias.
“Oh”
“Ih kok ngeselin
banget sih, kenapa cuma oh?”
“Terus? Gw mesti
bilang wow gitu? Udah ah gw mau pulang dulu, nanti kalau ketauan sama ibu kost
bisa digantung gw.”
“Jenong, gw kan
belum selesai cerita. Ih dia bener-bener ngeselin.”
0 comments:
Posting Komentar