10
Tiinnn..
tiinnn
“Itu pasti suara
klakson motornya Elang.”
Sudah sebulan
sejak aku memutuskan untuk menjalin hubungan dengan Elang, dia selalu mengantar
jemput ku ke kampus. Dengan alasan dia gak mau melihat ku kepanasan berdiri di
pinggir jalan dan berdesak-desakan di dalam angkutan umum. Klasik memang. Tapi
aku senang dapat perhatian yang begitu besar dari Elang.
Setelah bersiap-siap
dan mematiskan tidak ada yang ketinggalan, aku segera keluar menemui Elang di
pintu pagar. Aku tidak mau membuatnya lama menunggu.
“Hai, maaf ya
aku lama.”
“Gak apa-apa kok
Din, ayo naik.”
“Pesek, mau
kemana lu?”
Tiba-tiba dari
arah belakang ada suara yang memanggil ku. Suara yang amat aku kenal. Aldi.
“Mau ke kampus
lah nong, kenapa? Emang lu gak ngampus?”
“Hari ini gw gak
ada dosen. Padahal baru aja gw mau ngajak lu pergi. Kita kan udah lama gak
jalan bareng.
“Apa
maksud Aldi barusan ya? Kenapa dia berbicara seperti itu?”
tanya ku dalam hati.
“Ehm mungkin
lain kali ya nong, gw kan mesti ngampus nih. Udah siang nih, gw jalan duluan ya
takut telat. Yuk Lang jalan.”
“Gw sama Dinda
pamit ya Di.”
Bukan menyahut
ucapan Elang, Aldi malah ngeloyor pergi kembali ke kostannya. Sikapnya memang
aneh sejak pertemuan ku dengan dia di kamar kost ku sebulan yang lalu. Entah
apa yang membuat dia berubah seperti itu. Dia gak mau mengatakan apa-apa kepada
ku. Bahkan dia selalu mencari alasan jika aku tanya akan hal itu.
“Din, jalan
sekarang nih?”
“Eh iya Lang.”
11
“Tante mau
ketemu kamu bisa Vin?” suara tante Mona dari seberang telepon.
“Sekarang tante?
Kebetulan aku lagi gak sibuk, mau ketemuan dimana tante?”
“Bagaimana kalau
di cafe tempat biasa?”
“Boleh tante.
Satu jam lagi aku sampai sana.”
“Makasih ya
sayang.”
“Sama-sama
tante.”
“Makin lama
makin jauh aja hubungan gw sama pesek. Biasanya kan gw gak pernah jauh-jauhan
dari dia. Semenjak dia jadian sama si burung Elang itu, dia berubah. Lebih cuek
dan gak ada waktu buat gw.”
“Maaf mas, mau
pesen apa?” tanya seorang waitress.
“Ehm orange
juice sama fried fries aja. Gak pake lama ya mba.”
“Baik mas,
silahkan menunggu.”
“Gw pesen
makanan kesukaan lu tuh sek. Coba ada lu, pasti lu seneng banget gw pesenin
itu.”
“Huh, gw udah
kayak orang stres nih ngomong sendiri. Eh itu bukannya Vinna, sama siapa ya
dia? Dan mau ngapain dia ke sini? Kok kayaknya obrolan mereka serius banget. Gw
harus cari tau.”
“Maaf mas
mengganggu, ini pesenan mas. Silahkan menikmati.”
“Mba tunggu,
saya boleh minta tolong.”
“Kalau saya bisa
bantu, pasti saya bantu. Apa mas mau pesan yang lain?”
“Bukan, bukan.
Mba liat kan perempuan cantik yang bersama dengan wanita setengah baya di ujung
sana?”
“Iya mas itu mba
Vinna dan ibu Mona.”
“Mba
mengenalnya?”
“Mereka adalah
pelanggan tetap kami mas. Ada apa ya mas menanyakan mereka?”
“Saya ingin tau
mereka lagi membicarakan apa. Bisa mba mencari taunya?”
“Maaf mas, saya
tidak bisa. Itu sudah melanggar peraturan di sini.”
“Saya mohon mba,
ini penting bagi saya. Ehm gini aja, saya akan bayar berapapun yang mba minta.”
“Ehm baiklah mas
saya akan coba, tapi mas gak perlu kasih saya apa-apa. Saya ikhlas menolong
mas. Permisi dulu mas.”
“Makasih mba.”
“Jadi gimana
Vin, kamu mau?”
“Apa ini gak
terlalu cepat tante? Pernikahan itu butuh waktu yang panjang untuk
memikirkannya.”
“Tante sudah
memikirkan semuanya. Dan tante rasa ini gak terlalu cepat. Bukannya kalian
sudah saling mengenal? Cinta itu bisa tumbuh dengan berjalannya waktu. Tante
tau kok kamu cinta kan sama anak tante.”
“Maaf ibu Mona
dan mba Vinna, saya mau mengantarkan makanan.”
“Tapi kami kan
belum pesan mba.”
“Ini hadiah dari
cafe kami, silahkan dinikmati.”
“Makasih ya
mba.”
“Sama-sama.”
“Gimana Vin? Apa
kamu bersedia?”
“Baiklah tante,
saya bersedia.”
“Makasih ya
sayang.”
“Jadi Vinna akan
dijodohkan dengan anak wanita itu. Apa mba tau siapa anak wanita itu?”
“Saya tidak tau
mas. Maaf saya harus kembali bekerja, nanti atasan saya bisa marah kalau tau
saya santai-santai seperti ini.”
“Oh ya silahkan.
Makasih ya mba atas informasinya.”
“Sama-sama mas.”
“Siapa ya
laki-laki yang akan dijodohkan sama Vinna. Gw harus cari tau. Kalau diperhatiin
gw pernah liat model wajah kayak gitu. Familiar banget sama wajah wanita itu.
Dimana ya tapi? Ah mungkin hanya perasaan gw aja.”
0 comments:
Posting Komentar