12
“Din, jalan dulu
yuk. Kan hari ini kita satu bulan nih. Lagian masih siang, dari pada kamu
bengong-bengong aja di kostan.”
“Ehm mau gak ya?”
“Mulai deh
ngeselin.”
“Hehehe iya aku
mau kok. Mau kemana tapi kita?”
It’s
a beautiful night. We’re looking for something dumb to do. Hey baby, i think i
wanna marry you.....
“Bentar Din, ibu
aku telpon nih.”
“Hallo
assalamualaikum bu, kenapa?”
“..........................”
Entah apa yang
dibicarakan Elang dan ibunya. Aku tidak bisa mendengarnya. Tapi nampaknya
sangat penting, karena mimik muka Elang terlihat sangat serius dan sedikit
kecewa.
“Tapi bu, aku
ada janji sama temen.”
“.........................”
“Yaudah aku
pulang sekarang. Tapi aku nganterin temen aku pulang dulu ya bu. Sebentar kok,
gak lama, janji.”
“.........................”
“Iya bu, yaudah
assalamualaikum.”
“Maaf Din,
nunggu lama ya?”
“Gak apa-apa kok
Lang. Kamu disuruh pulang ya?”
“Iya nih Din,
maaf banget ya kita gak jadi pergi. Tapi lain kali aku janji bakal ngikutin
kemana pun kamu mau.”
“Ih gak apa-apa
lagi, kan kita masih bisa ketemu besok-besok.”
“Yaudah sekarang
aku anter kamu pulang. Ini pakai helm kamu.”
“Makasih.”
“Aku pulang dulu
ya.”
“Hati-hati ya,
kabarin kalau udah sampai rumah.”
“Iya sayang,
daaahhhh”
“Daaahhhh”
Saat hendak
masuk ke kostan, aku dijegat oleh Aldi. Lagi-lagi dia bikin masalah. Minta
dihajar kali ya ini anak. Gak tau apa gw lagi bete gak jadi pergi sama Elang.
“Ada yang perlu
gw omongin sama lu.”
“Tentang apa
sih?”
“Ayo ikut gw.”
Aldi menarik
tangan ku. Dia mengajak ku ke taman belakang komplek. Tumben sekali taman ini
sangat sepi.
“Duduk sini.”
Aldi menyuruh ku
duduk. Mimik mukanya gak bisa dibaca. Antara bingung, penasaran, heran, atau
entahlah aku pun bingung melihatnya. Bukannya duduk di samping ku, dia malah
berjalan mondar mandir di depan ku.
“Lu kenapa sih
nong? Katanya mau ngomong tapi sekarang malah mondar mandir gak jelas gitu.
Pusing tau gw ngelihat lu kayak gitu.”
“Aduh gw bingung
nih mulai darimana.”
“Aneh banget sih
lu nong, udah deh mendingan sekarang lu duduk, terus lu ceritain ke gw ada apa
sebenarnya.”
Dia menuruti apa
yang aku katakan. Aldi berhenti mondar mandir. Kemudian dia duduk di samping
ku. Tapi gak langsung menceritakan apa yang dia ingin katakan. Dia kembali diam
tanpa suara.
“Jenooonnggg,
ayo dong cerita.”
“Gw tadi lihat
Vinna sama seorang wanita di cafe.”
“Terus?”
“Wanita itu
ingin menjodohkan Vinna dengan anak laki-lakinya. Begitulah yang aku dengar
dari seorang waitres yang aku suruh untuk mencari tau percakapan mereka.”
“Oh aku tau,
kamu cemburu ya karena Vinna mau dijodohin? Yaudah mendingan sekarang kamu
nyatain perasaan kamu ke Vinna, sebelum terlambat nong.”
“Loh kok?”
“Udahlah, ayo
bangun. Sekarang kamu ke rumah Vinna dan nyatain perasaan kamu.”
“Tapi...”
“Udah, sana
pergi.”
“Tapi Din...”
“Aldi, gw cuma
mau lihat lu bahagia. Sana pergi.”
“Baiklah.”
“Dasar jenong.”
Aku hanya bisa
menggeleng-gelengkan kepala ku melihat kelakuan aneh Aldi. Ternyata dia hanya
cemburu. Kenapa dia gak pernah cerita sama aku kalau dia punya perasaan sama
Vinna selama ini? Mungkin ini alasan dia menjauh dari ku. Dia ragu untuk
mengatakan hal itu padaku. Dasar jidat lebar.
13
Tiinnn...
tiinnn... tiinnn...
“Ah itu pasti
Elang. Tunggu sebentar sayang.”
Aku cepat-cepat
besiap-siap dan segera menemui Elang di pintu pagar. Sesampainya di pintu
pagar, ternyata bukan Elang yang datang melainkan Rudi, kekasih Luna teman kost
ku.
“Lunanya ada?”
“Oh ada kok di
dalam, masuk aja.” ucap ku sekenanya.
“Terimakasih.”
Aku hanya
memberikan senyum kepada Rudi. Kemudian dia masuk ke dalam untuk menemui Luna,
kekasihnya. Aku malas kembali ke kamar. Akhirnya aku memutuskan untuk menunggu
Elang di pintu pagar saja. Setengah jam aku menunggu, batang hidungnya belum
keliatan juga.
“Apa
dia tidak menjemputku hari ini? Tapi kenapa dia gak memberi kabar? Bahkan dari
semalam dia gak ada kabar.”
Kekhawatiran
menyeruak memenuhi perasaan ku. Perasaan gak enak menghantui ku.
Fikiran-fikiran negatif melayang-layang di kepala ku. Aku berusaha untuk
menampiknya, namun sulit.
“Din, ngapain
disitu? Elang belum jemput?”
Lagi-lagi Aldi
mengagetkanku. Dia menyadarkan ku dari lamunan panjangku.
“Eh belum Di,
gak tau nih gak ada kabar.”
“Yaudah lu
berangkat sama gw aja, dari pada nanti telat ke kampusnya. Ayo jalan.”
“Tapi nanti
kalau Elang jemput?”
“Dia juga pasti
ngerti kok, nanti jelasin pas ketemu di kampus. Gimana?”
“Yaudah deh.”
0 comments:
Posting Komentar